Permasalahan Yang Muncul :
Namun, kenyataan yang ada dimasyarakat. Khususnya, para remaja yang ada disekitar kita. Banyak yang lupa atau mungkin belum mengetahui betul apa dan untuk apa kita ada didunia ini. Patut disayangkan, harusnya kita semua bisa belajar dari sejarah masa lalu. Berapa banyak diantara kita, yang menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tidak produktif. Ambil contoh seperti kongkow / budaya cangkrukan. Menurut hemat penulis, budaya cangkruk bisa bernilai ibadah manakala digunakan untuk meningkatkan kualitas keilmuan. Misalnya membahas mata kuliah bukan hanya sekedar membicarakan pendidik, mengutuk tugas yang banyak. Namun, mengambil hikmah apa yang kita dapatkan dari banyaknya tugas tersebut.
Harusnya, kita bijak dalam berperilaku, bukannya berlomba dalam keburukan. Tetapi, berlombalah dalam kebaikan sebagaimana tertulis dalam surat Al-Baqarah 148 . Beberapa hal yang kurang produktif yang senantiasa masih seringkali dilakukan masyarakat, khususnya remaja kita adalah malas kuliah, menyepelekan makna kuliah bahkan terkesan disorientasi, terlebih kebahagiaan sesaat budaya ikut-ikutan masih terlihat menjadi budaya inlander bangsa ini (latah). Bukannya, disibukkan dengan berlomba-lomba dalam kebaikan.
Inilah yang terjadi pada masyarakat kita pada saat ini, mungkin memang benar apa yang diucap oleh seorang bijak bahwa ‘’mengajak kepada keburukan lebih mudah dibandingkan mengajak kepada kebaikan’’. Yang terjadi pada masyarakat pada saat ini adalah demikian. Dengan mudahnya para remaja, mengikuti budaya kesana kemari tanpa adanya pertanggung jawaban jelas. Penulis melihat ada beberapa sebab yang menyebabkan remaja bersikap seperti demikan. Beberapa alasan diantaranya adalah :
1. Tidak Tahu Tentang Tujuan Hidup Yang Hakiki.Â
Miris memang, ketika seseorang tidak mengetahui tentang tujuan hidup. Menurut tetuah dari seorang bijak. Mereka telah mati, sebelum mati. Jika, dihayati secara mendalam benar juga pepatah yang menyebutkan demikian. Kita, bisa melihat realitasnya. Mereka yang tidak tahu untuk apa tujuan hidupnya, maka hidupnya akan ‘’going the flow’’. Deras mengalir layaknya air mengikuti lingkungannya. Ketika lingkungan mengarahkan ke air laut, maka air itu mengarah ke air laut. Ketika, lingkungan mengarah ke air sungai maka air itu menjadi air sungai, ketika air itu mengarah ke air bah air itu menjadi air bah. Dan ketika air itu menuju air comberan. Mereka pun juga menjadi air comberan. Itulah hakikat manusia yang tidak tahu tentang tujuan dari kehidupannya.
2. Seandainya Tahu Namun Tidak Menghayati
Menarik memang, saya menuliskan seseorang yang tahu pun juga menjadi penyebab dia bersikap seakan-akan dia tidak tahu. Iya, saya memberikan perumpamaan. Layaknya orang yang mengerti tentang bahaya dari merokok atau bahaya ketika tidak mematuhi aturan lalu lintas. Namun, perilakunya tidak mencerminkan rasa tahunya tersebut. Yang terjadi adalah masih saja melakukan aktifitas merokok, pelanggaran lalu lintas. Inilah yang seringkali sebutkan dalam Al-Quran bahwa mereka condong akan hawa nafsu. Orang-orang yang seperti inilah yang saya sebut sebagai orang yang tahu namun tidak menghayati. Penghayatan akan realitas itu penting. Ada kalanya, alam rasa itu bisa menjadi kekuatan yang bisa merubah pribadi seseorang menjadi positif. Kepandaian penghayatan inilah yang dulunya seringkali dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.
3. Tidak Mempunyai Perencanaan
Menurut saya ini merupakan permasalahan yang klasik bukan hanya bagi remaja. Namun, bagi seseorang. Menurut hemat saya, permasalahan yang seperti ini pada umumnya terjadi dari turunan ketidaktahuan akan tujuan dari kehidupan. Akhirnya, pembuatan planning. Ambil contoh membuat plan jenjang pendidikan atau membuat plan karir, menjadi sesuatu hal yang tidak diketahui nilai pentingnya. Ini jugalah yang sebenarnya terjadi  pada remaja pada saat ini. Dari kondisi yang seperti ini, akhirnya menjadi hal yang wajar manakala remaja akan muncul budaya-budaya yang lain. Seperti pragmatisme, instan. Tidak perlu usaha keras namun menginginkan sebuah hasil yang optimal atau menguntungkan. Contohnya : praktek kotor ketika mendaftar / melamar diri ke instansi tertentu.
Solusinya  Jika kita sudah mengetahui tentang sebab permasalahan yang ada maka perlu adanya pemecahan masalah. Atau solusi yang menurut hemat saya bisa menjadi formula untuk mereka yang masih terombang-ambil dalam kehidupannya. Berikut ini penjelasannya :