Sedikit pandangan berbeda disini penulis sampaikan bahwa aktifitas shaum dapat  tetap ditunaikan pada waktu mengemudi di saat mudik. Dengan ketentuan pengemudi yang sedang bershaum mampu untuk melakukannya.
Aktifitas mudik yang dilakukan dengan cara mengemudikan kendaraan (tidak menggunakan sarana transportasi umum) dapat dimulai pada saat pagi hari dan berhenti pada saat berbuka puasa.
Kegiatan mengemudi pada waktu mudik harus diselingi dengan waktu istirahat. Waktu istirahat ini secara tidak langsung dapat menggunakan tibanya waktu ibadah shalat, seperti Zuhur dan Ashar. Atau bahkan ibadah shalat Dhuha. Perjalanan mudik yang memerlukan waktu sekitar 12 jam seperti Jakarta-Solo dapat dibagi menjadi 4-5 waktu istirahat. Pada waktu istirahat disegarkan lagi dengan wudhu. Wudhu sangat menyegarkan pikiran karena segarnya air menyentuh bagian bawah telinga yang merupakan jalur syaraf tubuh manusia ke otak.
Keberkahan  ibadah shaum tetap didapatkan dengan mengemudi defensif. Kalau anda mampu untuk menunaikan ibadah shaum, tentunya anda menerapkan mengemudi dengan defensif.
Penulis memohon maaf apabila susunan tulisan belum teratur dan pemilihan kata yang kurang tepat. Tulisan disusun atas dasar subyektifitas dan pengalaman pribadi penulis yang ingin dibagi bersama. Penulis bukan merupakan sesorang penggiat ahli mengemudi. Saran dan kritik dapat disampaikan langsung melalui email penulis yang tertera pada tulisan ini.
Mudik nyaman dan aman serta ibadah pun ditunaikan.
Jadikan bulan Ramadhan ini menjadi bulan berkah dan diakhiri dengan Idul Fitri dengan silaturahim. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H dan Mohon Maaf Lahir Batin...
Semoga perjalanan mudik kita kali ini memberikan berkah dari Allah SWT. Aamiin…
Wassalam mualaikum wr. wb.
Â
Â