Mohon tunggu...
Ronny Akmal
Ronny Akmal Mohon Tunggu... Tutor - RONNY AKMAL, S.Tr.T

Duri 1995 Civil Engineering Overseas Training Engineering With Student 山口大学 🇮🇩2017 SEAMEO SEA-TVET Intership Exchange 🇲🇾 2018

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Wanita Subuh

26 November 2019   12:31 Diperbarui: 26 November 2019   12:45 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Herman" kata sosok wanita tersebut.

Siapakah dia? Hati Herman pun berdesir dan detak jantungnya mungkin kencang. Karena baru pertama kali dia dipanggil oleh seorang perempuan ketika subuh ini. Dan diapun memalingkan wajahnya terhadap sumber suara yang memanggilnya, dengan memutar badan pelan-pelan.

Ternyata sosok wanita tadi adalah Ummi mereka. Badan ummi hampir sama besar dengan Aida, dengan tinggi tegap seperti ibuk polwan. Pantasan aja disangka Herman adalah Aida. Ummi yang sedang melihat anak-anak asrama yang ikhwan, apakah sudah bangun atau belum. Maklumlah kalau masalah bangun subuh yang ikhwan memang agak sulit untuk dibangunkan, apalagi adik-adik mereka yang SD.

Dalam pikiran Herman tadi, yang memanggil nama dia adalah ukhti Aida, makanya dia jadi sedikit gugup. Tidak tau entah kenapa, setiap Herman berpapasan lewat dengan Aida diapun menjadi salah tingkah.

Ummi yang sudah separuh baya itu, masih tetap tegar dan semangat untuk mendidik anak-anak asrama, agar menjadi anak-anak yang berakhlak mulia, tidak ada raut wajah sedih yang terlihat di wajah ummi yang begitu anggun, yang terlihat hanya raut wajah yang semangat untuk mendidik anak-anak yatim tersebut.

Ummi yang tanpa lelah mendidik dan menyayangi mereka dengan penuh cinta di asrama ini. Bagaikan mendidik anak sendiri, dialah Ummi Rubayah. Sosok wanita tangguh di dalam kedinginan subuh.

"Ada apa mi?", dan Hermanpun menyahut dengan penuh tanya.

Karena, tidak pernah biasanya Ummi datang ke asrama ikhwan kalau subuh-subuh gini, biasanya hanya para pembina yang ikhwan saja, yang datang untuk membangunkan anak-anak asrama tersebut, terutama yang besar-besar seperti Herman.

Karena dialah yang paling besar dibandingkan anak-anak asrama lainnya, untuk disuruh membangunkan adik-adik yang lain. Mereka tinggal di asrama sudah seperti adik kakak saja.

"Adik-adik sudah dibangunkan untuk shalat tahajjud?" kata Ummi.

Dengan wajah yang teduh dengan menggunakan jilbab berwarna biru langit yang besar sampai kebetis, persis seperti Aida. Mungkin Aida mencontoh wanita yang penuh dengan rasa kecintaan terhadap anak-anak yatim ini, yaitu Ummi Rubayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun