DIFERENSIASI PADA PEMBELAJARAN, SOLUSI PEMENUHAN KEBUTUHAN MURID
(Koneksi Antar Materi Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi)
Oleh: Ronisalasa
CGP Angkatan 7 Kabupaten Gowa
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang disusun dan direncanakan oleh guru pada pembelajaran dengan berorientasi kepada kebutuhan murid dan mempertimbangkan beberapa aspek. Bukan berarti setiap murid dilayani berbeda dalam satu rangkaian pembelajaran, tetapi diupayakan dapat melayani dan memaksimalkan kecenderungan yang dimiliki murid.
Pembelajaran berdiferensiasi diyakini dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal karena pembelajaran berdiferensiasi dirancang secara optimal untuk berpihak pada murid. Guru merencanakan dan merancang lingkungan belajar yang positif, kolaboratif, dan saling menghargai, serta menerapkan strategi pembelajaran setelah memahami dan menganalisis kebutuhan murid berupa kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid.
Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru terlebih dahulu mengidentifikasi kebutuhan murid yaitu kesiapan belajar murid (lambat-cepat, konkret -- abstrak, mandiri - bantuan, minat murid, profil belajar murid yang meliputi gaya belajar, latar belakang, dan kecerdasan).
Kesiapan belajar murid atau readiness adalah kapasitas murid untuk mempelajari materi baru diibaratkan seperti "The Equalizer" dari yang bersifat mendasar menuju bersifat transformatif, konkret ke abstrak, sederhana ke kompleks, terstruktur ke terbuka (open-ended), tergantung ke mandiri, dan lambat menjadi cepat.
Dalam hal minat belajar guru dapat menggunakan kata kunci "Cocokkan" yaitu mencari kecocokan antara minat murid dengan tujuan pembelajaran, "Koneksikan" berarti menunjukkan koneksi antar materi pembelajaran, "Jembatani" yaitu menjembatani pengetahuan awal dengan pengetahuan baru, dan "Memotivasi" yang memungkinkan tumbuhnya motivasi murid untuk belajar.
Mengenai profil belajar murid, guru perlu mengidentifikasi lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, kemudian pengaruh budaya dari santai menjadi terstruktur, pendiam ke ekspresif, personal ke impersonal, gaya belajar murid juga dengan mengidentifikasi yaitu bisa visual (belajar dengan melihat), auditori (belajar dengan mendengarkan), kinestetik ( belajar sambil melakukan), kecerdasan majemuk (multiple intelegences), visual ke spasial, musikal kinestetik, logika matematika.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas dapat dilakukan oleh guru sebagai berikut:
- Memahami dan merumuskan tujuan pembelajaran
- Memetakan kebutuhan belajar berdasarkan kesiapan belajar, minat, dan profil murid.
- Berupaya menciptakan suasana belajar yang kolaboratif dan positif
- Melakukan penilaian yang berkelanjutan (on going assessment)
- Melakukan diferensiasi konten, produk, dan proses
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dapat menggunakan tiga strategi, yaitu:
1. Diferensiasi Konten
Diferensiasi konten dilakukan dengan menyiapkan pilihan bahan belajar bagi murid dengan mempertimbangkan kebutuhan murid dilihat dari kesiapan belajar secara konkret -- abstrak, minat belajar murid, dan profil belajar murid. Guru menyiapkan materi sesuai gaya belajar murid, baik auditori, visual, atau kinestetik. Guru juga perlu memikirkan kecerdasan majemuk yang dimiliki murid dalam mempersiapkan konten pembelajaran.
2. Diferensiasi Proses
Pada proses pembelajaran, pembelajaran berdiferensiasi memberi kesempatan kepada murid untuk mendapatkan pengalaman belajar yang sesuai dengan minat. Guru berusaha untuk membantu murid memahami materi pembelajaran dengan memberi beberapa kegiatan berbeda sesuai kebutuhan murid. Misalnya berkelompok, individu, pengamatan lapangan, membaca, atau scaffolding bagi murid yang membutuhkan.
3. Diferensiasi Produk
Produk yang dimaksud merujuk kepada hasil yang didapatkan murid setelah proses pembelajaran, baik berupa hasil tes, video, bahan presentasi atau diskusi, infografis, pertunjukkan, pidato, diagram, puisi, dan lainnya yang mencerminkan pemahaman murid dari tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Kaitan antar materi dengan modul sebelumnya yaitu:
Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara (KHD) tentang Merdeka Belajar dapat dilakukan dengan pembelajaran berdiferensiasi. Berdasarkan pemikiran KHD pendidikan adalah menuntun anak sesuai kodrat alam dan zaman dengan berpihak pada anak sesuai perkembangan minat, bakat dan potensi anak. Hal ini erat kaitannya dengan pembelajaran berdiferensiasi yang bertujuan memberikan pengalaman belajar kepada anak dengan cara memetakan dan menyesuaikan dengan kebutuhan murid sesuai kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar anak.
Kaitan dengan Nilai dan peran Guru penggerak. Pembelajaran berdiferensiasi dapat mewujudkan Merdeka Belajar apabila seorang guru telah memahami dan memiliki nilai guru penggerak dan menerapkan peran guru penggerak. Nilai guru penggerak yang meliputi mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, berpihak pada murid dan peran guru penggerak untuk menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid menjadi faktor penting untuk dapat secara maksimal menerpakan pembelajaran berdiferensiasi.
Kaitan dengan visi guru penggerak, Pembelajaran berdiferensiasi adalah langkah konkret bbagi seorang guru penggerak untuk mematangkan dan menguji coba visi dalam mewujudkan merdeka belajar yang sesuai Profil Pelajar Pancasila. Melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada anak yang selaras dengan pembelajaran berdiferensiasi menyesuaikan kebutuhan belajar anak berdasarkan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid. Untuk menciptakan pembelajaran berdiferensiasi yang maksimal, guru harus mampu berkolaborasi dan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki oleh sekolah sehingga dapat mendukung terwujudnya visi, baik visi guru penggerak atau visi sekolah secara umum.
Kaitan dengan Budaya Positif, Budaya positif adalah perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Lingkungan belajar yang mendukung diferensiasi dibangun dengan menerapkan budaya positif yaitu:
1. Komunitas belajar. Setiap orang di dalam kelas diterima dan sama kedudukannya dalam keyakinan yang telah disepakati.
2. Setiap orang di dalam kelas saling menghargai
3. Murid merasa aman, menciptakan murid berani dalam mengemukakan pendapat
4. Ada harapan bagi pertumbuhan yang ditunjukkan murid. Pertumbuhan setiap murid berbeda-beda walaupun hanya sedikit guru tetap mengapresiasinya.
5. Guru mengajak murid untuk mencapai kesuksesan, pengalaman belajar mendorong murid lebih cepat, sedikit melampaui apa yang telah dikuasainya, guru memberikan dukungan sehingga murid tidak merasa frustasi tetapi mencapai kesuksesan.
6. Adanya bentuk keadilan dalam bentuk nyata. Semua murid berhak mendapatkan perlakuan yang sama di dalam kelas.
7. Guru berkolaborasi dengan murid untuk mencapai pertumbuhan dan kesuksesan bersama, adanya tanggung jawab masing-masing agar pembentukan dan tercipta kelas yang efektif. Guru sebagai pemimpin kelas memiliki peran sangat penting dalam mengembangkan lingkungan belajar yang positif.
Pembelajaran berdiferensiasi hadir untuk membantu mencapai hasil maksimal bagi murid dengan membuka ruang bagi guru untuk melakukan kreasi, ide kreatif, dan menerapkan hal-hal positif guna menjadi pemicu dan pendorong murid untuk mencapai hasil terbaik sesuai dengan kemampuan, minat, dan kebutuhan mereka masing-masing
Salam dan bahagia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H