Mohon tunggu...
Roni Patihan
Roni Patihan Mohon Tunggu... Guru - Alumni LIPIA Jakarta, pimpinan Insan Cendekia Boarding School (ICBS) Payakumbuh, Sumatera Barat

Menyukai membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Jangan Jadi Wanita Tua yang Hidupnya Sia-Sia

13 April 2024   22:49 Diperbarui: 13 April 2024   23:16 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Ramadan di Masjid Istiqlal Jakarta. Sumber: Kompasiana.com/adelia putri rejeki

Bulan Ramadan dengan semua keberkahan dan keintiman beribadah di dalamnya baru saja pergi meninggalkan kita. Barangkali Ramadan akan datang setiap tahun, tapi tidak ada kepastian apakah Ramadan akan menghampiri kita di tahun hadapan.

Ramadan adalah bulan pengampunan dosa. Ramadan adalah bulan dimana ibadah yang kita lakukan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Ramadan adalah bulan dikabulkannya doa -- doa. Sebab Rasulullah bersabda:

"Ada tiga golongan manusia yang doanya tidak ditolak Allah Subhanahu wa Ta'ala: doa orang yang berpuasa hingga ia berbuka, doa pempimpin yang adil, doa orang yang terdzalimi." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Sedekah yang paling utama adalah sedekah yang ditunaikan pada bulan Ramadan.

Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam pernah ditanya tentang puasa yang paling utama setelah Ramadan? Beliau menjawab, "Puasa 6 hari di bulan Sya'ban untuk memuliakan Ramadlan." Beliau ditanya lagi, "Shadaqah apa yang paling utama?" Beliau menjawab, "Shadaqah di bulan Ramadlan." (HR. Tirmidzi, Bazzar dan Baihaqi)

Dan pada bulan Ramadan ada satu malam yang disebut dengan malam kemuliaan (lailatul qadr), dimana barang siapa yang beribadah di dalamnya, di malam -- malam ganjil di sepuluh malam terakhir Ramadan, itu lebih baik dari ia beribadah seribu bulan lamanya. Ia bisa mengalahkan ibadah umat -- umat sebelumnya yang umurnya lebih lama dari umat Rasulullah.

Dan Ramadan itu telah pergi meninggalkan kita. Pintu neraka yang dulu ditutup, dikunci rapat, sekarang sudah dibuka lagi. Setan yang dulu dibelenggu, sekarang sudah bebas berkeliaran.

Jika selama Ramadan kita dimudahkan Allah untuk beribadah dan beramal saleh, hari ini dan hari -- hari mendatang, perjuangan kita semakin berat. Setan dengan leluasa bisa menggoda kita dengan mudahnya.

Akan tetapi pertanyaannya adalah apakah ketaatan kita hanya untuk Ramadan saja? Apakah kita hanya rajin ke masjid, selalu membaca Al Qur'an, gemar berinfak dan bersedekah, menunaikan zakat, melaksanakan qiyamullail dan ibadah lainnya hanya kita lakukan untuk Ramadan saja?

Lalu ketika Ramadan pergi, kita kembali ke kubangan dosa dan kemaksitan? Kita melupakan amal taat kita kepada Allah? Kita kembali menyakiti tetangga kita dengan sikap dan perkataan kita? Kita lupa memuliakan sesama Muslim?

Jika itu kita lakukan, maka kita persis sama seperti kisah seorang wanita tua di Madinah yang Allah rekam kisahnya di dalam Al Qur'an surat An Nahl: 92:

"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali."

Ilustrasi wanita pemintal benang. Sumber: rangtalu.wordpress.com
Ilustrasi wanita pemintal benang. Sumber: rangtalu.wordpress.com

Ini adalah sebuah pelajaran yang mahal. Dalam ayat ini Allah merekam kisah seorang wanita yang hidupnya sia-sia. Dari pagi sampai sore hari ia hanya memintal benang. Malam hari ketika pintalan itu selesai, ia ceraiberaikan kembali. Ia urai kembali sehingga menjadi berantakan dan tak beraturan. 

Karena itu Nabi SAW selalu mengingatkan agar kita selalu istiqamah dalam melaksanakan amal kebaikan. Ketika salah seorang sahabatnya minta nasihat yang bisa dijadikan pegangan seumur hidupnya, Nabi SAW menjawab: qul aamantu billahi tsummastaqim (katakan aku beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah).

Bahkan Nabi SAW juga sering mengingatkan sahabat-sahabatnya: laa takun mitsla fulaan, kaana yaquumullaila tsumma taraka (jangalah kamu menjadi seperti fulan, tadinya ia selalu bangun malam, tapi sayang ia kemudian meninggalkannya). 

Ya Allah, dengan ibadah Ramadan yang kami lakukan, ampunilah kami, berkatilah kami, tunjukilah kami. Ya Rabb, kami belum khatam dengan Ramadan, tiba -- tiba Ramadan pergi, dengan kasih sayangMu, pertemukanlah kami dengan Ramadan di tahun hadapan. Amin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun