Lalu ketika Ramadan pergi, kita kembali ke kubangan dosa dan kemaksitan? Kita melupakan amal taat kita kepada Allah? Kita kembali menyakiti tetangga kita dengan sikap dan perkataan kita? Kita lupa memuliakan sesama Muslim?
Jika itu kita lakukan, maka kita persis sama seperti kisah seorang wanita tua di Madinah yang Allah rekam kisahnya di dalam Al Qur'an surat An Nahl: 92:
"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali."
Ini adalah sebuah pelajaran yang mahal. Dalam ayat ini Allah merekam kisah seorang wanita yang hidupnya sia-sia. Dari pagi sampai sore hari ia hanya memintal benang. Malam hari ketika pintalan itu selesai, ia ceraiberaikan kembali. Ia urai kembali sehingga menjadi berantakan dan tak beraturan.Â
Karena itu Nabi SAW selalu mengingatkan agar kita selalu istiqamah dalam melaksanakan amal kebaikan. Ketika salah seorang sahabatnya minta nasihat yang bisa dijadikan pegangan seumur hidupnya, Nabi SAW menjawab: qul aamantu billahi tsummastaqim (katakan aku beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah).
Bahkan Nabi SAW juga sering mengingatkan sahabat-sahabatnya: laa takun mitsla fulaan, kaana yaquumullaila tsumma taraka (jangalah kamu menjadi seperti fulan, tadinya ia selalu bangun malam, tapi sayang ia kemudian meninggalkannya).Â
Ya Allah, dengan ibadah Ramadan yang kami lakukan, ampunilah kami, berkatilah kami, tunjukilah kami. Ya Rabb, kami belum khatam dengan Ramadan, tiba -- tiba Ramadan pergi, dengan kasih sayangMu, pertemukanlah kami dengan Ramadan di tahun hadapan. Amin...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H