Mohon tunggu...
Ronika IstiNur
Ronika IstiNur Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Menilik Produksi Prespektif Hadis

2 Maret 2019   17:35 Diperbarui: 2 Maret 2019   18:34 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menilik Produksi Prespektif Hadist

Sebelum membahas secara mendalam saya akan menjelaskan apa itu produksi. Produksi adalah suatu proses dalam menciptakan manfaat atas sesuatu benda. Secara terminology produksi yaitu menciptakan dan menambah sebuah nilai kegunaan suatu barang. Jika kegunaan suatu barang akan bertambah harus adanya perubahan manfaat yang lebih dari sebelumnya. 

Sedangkan secara umum, produksi bisa dikatakan suatu penciptaan guna (utility) yaitu kemampuan suatu barang dan jasa guna memuaskan kebutuhan manusiawi tertentu. Produksi sangat penting bagi kelangsungan hidup dan peradaban manusia dan bumi. Produksi dalam bahasa Arab al-intaj dari akar kata nataja, yaitu mewujudkan atau mengadakan sesuatu atau pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan penggabungan suatu unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu terbatas.

            Kegiatan produksi dapat diartikan sebagai kegiatan yang menciptakan suatu manfaat untuk keperluan pribadi maupun orang lain. Sistem produksi juga tidak terbatas baik pembuatannya saja, tetapi juga penyimpanan, distribusi, pengangkutan, pengeceran, pengepakan kembali, upaya-upaya untuk menyiasati lembaga regulator, atau mencarisebuah celah hukum demi memperleh keringanan dalam pajak atau keleluasaan bergerak. Produksi merupakan sebuah konsep arus yaitu kegiatan yang mengukur tingkat output per unit periode, sedangkan kualitas output diasumsikan konstan.

            Sebuah kegiatan produksi akan menghasilkan barang dan jasa, yang akan dikonsumsi oleh konsumen. Tanpa sebuah kegiatan produksi kegiatan ekonomi akan berhenti, dan sebaliknya pun. Dalam ekonomi islam, kegiatan produksi bagian yang paling penting dari aktivitas ekonomi bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu dari rukun ekonomi disamping konsumsi, distribusi, infak, zakat, nafkah, dan sedekah. Karena manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang manfaatnya akan dirasakan oleh konsumen. Maka produksi sangatlah penting bagi kehidupan. Pada pembahasan kali ini terdapat beberapa hadis, saya mengambil salah satu hadis tersebut.

            Artinya: "Dari Abu Hurairah RA berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: hendaklah seseorang diantara kalian berangkat pagi-pagi sekali mencari kayu, lalu bersedekah dengannya dan menjaga diri (tidak minta-minta) dari manusia, yang itu lebih baik daripada meminta kepada seseorang baik diberi ataupun tidak. Tangan di atas lebih baik daripada tangan dibawah. Mulailah (memberi) kepada orang yang menjadi tanggung jawabmu" (HR. Muslim).

            Hadis tersebut menjelaskan tentang beberapa hal yang terkait dengan aktivitas atau kegiatan ekonomi yaitu suatu dorongan supaya rajin bekerja, yang berangkatnya pagi-pagi sekali. Selain itu memberi dorongan untuk bekerja dan berproduksi guna menghasilkan baran yang dapat dinikmati dan dimanfaatkan. Isi kandungan tersebut juga memberi dorongan supaya dapat melakukan kegiatan distribusi. Selain itu juga kita diperintahkan untuk hidup kesatria (tangguh) dengan tidak meminta-minta dan kita tidak akan menyusahkan rang yang disekeliling kita. Dan juga kita diajarkan untuk bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

            Kegiatan produksi mencakup semua pekerjaan yang dilakukan oleh manusia guna memenuhi kebutuhan hidupnya, diantaranya yaitu industry, usaha jasa, bertani dan masih banyak lagi. Bahwa dalam perspektif islam kegiatan ekonomi bila dipersenkan dia menempati porsi Sembilan puluh persen dari ibadah. Karena bekerja yang produktif akan membantu manusia dalam memenuhi ibadah-ibadah mereka contohnya: shalat, zakat, puasa, haji, dll. Bahkan Rasulullah SAW mendorong kita untuk bekerja dan berproduksi. 

Rasulullah bahkan melarang  untuk  pengangguran walaupun mereka sudah mempunyai modal financial yang mencukupi, sebagaimana sabda rasulullah: "yang paling pedih siksa manusia di hari kiamat adalah orang yang cukup yang menganggur" (HR. al-Daylami). Hadis di atas berlandasan dari Ja'far yang menyampaikan kepada Muadz ketika dia tidak bekerja dikarenakan dia sudah kecukupan finansial dan kaya, dengan mengatakan: "Hai Mu'adz, apakah anda tidak bisa berdagang atau anda zuhud dalam hal itu?". Mu'adz menjawab: "saya bukannya tidak bisa berdagang dan tidak pula zuhud. Saya melakukan hal itu karena saya memiliki banyak harta dan harta itu cukup sampai meninggal". Kemudian Ja'far berkata: "Jangan kau tinggalkan pekerjaan itu, karena hal tersebut itu akan menghilangkan nilai rasionalitas Anda."

            Nabi Adam dan anak cucunya pun bersusah payah banting tulang untuk memenuhi kebutuhan kehidupan keluarganya, tapi mengapa nabi Adam didalam surga mendapatkan itu semua tanpa bekerja dengan susah payah, Nabi Adam pun tidak merasakan penat dan lelah tapi tercukupi semua. Al Qur'an bertentangan dengan sikap asketis sebagaimana yang diajarkan kepada agama-agama lain. Didalam ajaran tersebut mencela kekayaan dan sejumlah manfaatnya dan mengurangi segala aktifitas produksi.

 Al Qur'an menegaskan bahwa menentang pandangan tersebut, dan menekankan bahwa tidak adanya pertentangan yang nyata antara nyata dan spiritual. Menurut Imam Al-Ghazali menganggap bahwa produksi barang-barang kebutuhan dasar termasuk kewajiban sosial (fardhu khifayah). Jika terdapat orang yang melibatkan dirinya dalam memproduksi barang maka semua orang akan dimintai pertanggung jawabnya di akhirat nanti. Maka negara harus bertanggung jawab dalam menjamin sebuah barang dalam jumlah cukup.

            Sebagaimana kita dianjurkan untuk bekerja walaupun pekerjaan tersebut hanya pekerjaan sepele. Dalam islam juga mencela seseorang yang malas untuk berusaha dalam mencari sebuah pekerjaaan dan membenci orang yang hanya menggantungkan hidupnya pada orang lain. Karena menggantungkan hidup pada rang lain adalah perbuatan dosa religius (religious sin), cacat sosial (social stigma), dan tindakan yang memalukan. 

Produksi didalam islam tidak hanya ingin memaksimalkan keuntungan dunia saja, akan tetapi yang lebih penting adalah keuntungan di akhirat. Produksi barang dan jasa yang dilakukan orang beragama muslim untuk memperbaiki apa yang dimilikinya, baik berupa sumber daya alam maupun harta, dan dipersiapkan untuk dimanfaatkan oleh pelakunya sendiri atau umat islam.   

            Produksi menjadi salah satu keperluan di masa yang akan datang atau masa depan setiap manusia. Karena produksi harus terus menerus berupaya untuk meningkatkan kualitas barang yang dihasilkan melewati serangkaian proses dari pengembangan kreasi untuk menciptakan suatu barang baru yang lebih menarik yang disegani oleh masyarakat. 

Hal tersebut akan menghasilkan sebuah barang dan jasa yang bermanfaat bagi kehidupan orang lain baik sekarang maupun masa yang akan datang. Adanya kesadaran bahwasannya sumber daya ekonomi tidak hanya diperuntukkan manusia untuk sekarang, tetapi juga generasi yang akan datang. Maka seharusnya ada peningkatan dan pengembangan jika ingin produsen meningkat guna menemukan berbagai jenis kebutuhan. 

Disisi lain, sistem efesiensi didalam sumber daya alam juga harus diperhatikan supaya tidak terjadi sebuah kejadian eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan yang berlebihan. Didalam produksi juga harus menanamkan keperluan sosial dan infak di jalan allah. Ini termasuk insentif utama bagi seorang produsen guna menghasilkan sebuah tingkat output yang lebih tinggi, yang akan dapat memenuhi tanggung jawab terhadap masyarakat. Jika kita melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan tidak dengan bermalas-malasan kita akan dapat memberi sebagian penghasilan kita kepada rang yang membutuhkan seperti dalam bentuk infak kepada masjid, menyumbang ke panti asuhan, sedekah ke orang yang tidak mampu.

            Daftar Pustaka:

  • Prof. Dr. H. Indri, M.Ag. 2015. Hadis Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi. Jakarta: Kharisma Putra Utama.
  • Harahap, Isnaini dkk. 2015. Hadis-hadis Ekonomi.  Jakarta: Kencana.
  • Adiwarman Azwar Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun