Sebagaimana kita dianjurkan untuk bekerja walaupun pekerjaan tersebut hanya pekerjaan sepele. Dalam islam juga mencela seseorang yang malas untuk berusaha dalam mencari sebuah pekerjaaan dan membenci orang yang hanya menggantungkan hidupnya pada orang lain. Karena menggantungkan hidup pada rang lain adalah perbuatan dosa religius (religious sin), cacat sosial (social stigma), dan tindakan yang memalukan.Â
Produksi didalam islam tidak hanya ingin memaksimalkan keuntungan dunia saja, akan tetapi yang lebih penting adalah keuntungan di akhirat. Produksi barang dan jasa yang dilakukan orang beragama muslim untuk memperbaiki apa yang dimilikinya, baik berupa sumber daya alam maupun harta, dan dipersiapkan untuk dimanfaatkan oleh pelakunya sendiri atau umat islam. Â Â
      Produksi menjadi salah satu keperluan di masa yang akan datang atau masa depan setiap manusia. Karena produksi harus terus menerus berupaya untuk meningkatkan kualitas barang yang dihasilkan melewati serangkaian proses dari pengembangan kreasi untuk menciptakan suatu barang baru yang lebih menarik yang disegani oleh masyarakat.Â
Hal tersebut akan menghasilkan sebuah barang dan jasa yang bermanfaat bagi kehidupan orang lain baik sekarang maupun masa yang akan datang. Adanya kesadaran bahwasannya sumber daya ekonomi tidak hanya diperuntukkan manusia untuk sekarang, tetapi juga generasi yang akan datang. Maka seharusnya ada peningkatan dan pengembangan jika ingin produsen meningkat guna menemukan berbagai jenis kebutuhan.Â
Disisi lain, sistem efesiensi didalam sumber daya alam juga harus diperhatikan supaya tidak terjadi sebuah kejadian eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan yang berlebihan. Didalam produksi juga harus menanamkan keperluan sosial dan infak di jalan allah. Ini termasuk insentif utama bagi seorang produsen guna menghasilkan sebuah tingkat output yang lebih tinggi, yang akan dapat memenuhi tanggung jawab terhadap masyarakat. Jika kita melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan tidak dengan bermalas-malasan kita akan dapat memberi sebagian penghasilan kita kepada rang yang membutuhkan seperti dalam bentuk infak kepada masjid, menyumbang ke panti asuhan, sedekah ke orang yang tidak mampu.
      Daftar Pustaka:
- Prof. Dr. H. Indri, M.Ag. 2015. Hadis Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi. Jakarta: Kharisma Putra Utama.
- Harahap, Isnaini dkk. 2015. Hadis-hadis Ekonomi. Â Jakarta: Kencana.
- Adiwarman Azwar Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H