Pergerakan masa  merupakan wadah  untuk mencapai sebuah tujuan serta aspirasi yang harus disampaikan baik itu sebuah tulisan ataupun perkataan, jika perkataan dibungkam, demontrasi dicekal maka Indonesia bukan negara Demokrasi
Dalam pergerakan tentunya dibutuhkan pemimpin sejati yang bisa memilah dan memiliki mana hal yang mengacaukan sebuah pergerakan maupun mematikan pergerakan.
Kita melihat beberapa isu  yang disuarakan oleh masa aksi, mulai dari RUU KPK serta yang terbaru yaitu  OMNIBUS LAW, kita mengamati bahwasanya kawan-kawan ikut serta dalam aksi memang banyak yang terkesan ikut-ikutan tanpa memahami esensi dalam sebuah pergerakan, contoh banyak mahasiswa yang ditemukan dilapangan tidak  paham apa makna dalam pergerakan.
Aksi sekedar upload instalstory atau sekedar eksistensi bukanlah hal yang utama dalam pergerakan, terkadang kita amati kawan-kawan mudah terbawa arus tanpa menganalisa dan mengkaji terlebih dahulu suatu permasalahan yang sedang berkembang di Masyarakat.
Ada baiknya dalam pergerakan dilakukan sebuah konsolidasi terhadap internal maupun extran organ untuk mencari informasi yang valid sehingga pemantapan dalam pergerakan dapat terlaksana serta terorganisir dengan baik
Berbicara tentang konsolidasi dalam pergerakan diperlukan juga sikap kecurigaan dan kewaspadaan, perlu dipahami ke arah mana konsol tersebut akan berjalan ataukan berakhir dengan  kata  konsolidosa.
Seorang pemimpin sejatih diharuskan bersikap tegas,kemana arah dalam pergerakan, jika tidak ada arah ataupun hasil dalam pergerakan maka kita hanya "membuang-buang energy' seperti yang dikatakan Sang penguasa otoriter.
Jika pemimpin mulai bermain dalam pergerakan atau kita sebut pecundang maka peran jajaran pengurus harus mengambil alih masa aksi
Memang dalam pergerakan ada banyak godaan mulai dari intimindasi dan iming-iming dompet diisi serta kelancaran dalam hal materi.
Tentunya kawan-kawan orang pergerakan paham betul dengan istilah "86" Yaitu damai ditempatkan dengan serahan uang yang cukup besar supaya aksi kawan-kawan berhenti atau jalan ditempat, bahkan kawan-kawan atau pemimpin organ bisa mengubah haluan menjadi balik kanan.
Maka dari itu dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu menahkodai hinggal tercapai sebuah tujuan dalam aksi masa.
Pergerakan juga tak terlepas dari rasa kecewa karena banyak kritik yang tak tersampaikan serta  tidak diimplementasikan  oleh pemerintah, saat itulah dibutuhkannya sebuah pergerakan yang konsisten hingga aspirasi kita bisa tersampaikan.
Jika pemimpin kita tidak bisa konsisten dan tidak bisa mempertahankan sebuah pergerakan  akan terasa menjadi sebuah kesia-siaan dimata anggota, perlahan-lahan organ akan redup, mulai hilangnya satu persatu anggota, disinilah rasa menang sang penguasa yang zolim timbul
Dapat kita bayangan ketika penguasa melihat Televisi, bahwasanya jajaranya berhasil mengkondisikan masa aksi, lalu penguasa berkata "begini saja kemapuan kalian" Sembari tersenyum.
Secara langsung dan tidak langsung penguasa meremehkan kita, sejatinya pemimpin tidak ada yang ingin diremehkan, maka dari sekarang pemimpin-pemimpin organ bertobat dan bersiap  untuk tidak menjual idealisme, moralitas dan spiritualnya.
Saat ini juga kita katakan dan kita teriakan bahwa kawan-kawan yang mentalitas pergerakannya redup kita terangkan dan kita buktikan, kita tetap konsisten dalam pergerakan, saat ini juga kita lakukan PSBB (Pembangkangan Sipil Bersekal Besar) serta menolak rezim yang tidak mendengarkan aspirasi rakyat.
Hidup Rakyat yang melawan!!!
Tangerang, 14 November 2020
Roni ADP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H