Aku ingin membuktikan bahwa aku bukan pria yang teramat keras kepala. Sekarang aku telah menuruti anjuranmu untuk lebih memedulikan kesehatan.
Hari ini pertama kalinya aku naik tansportasi umum sesuai anjuranmu.
Melisa,
Kamu tahu aku tidak menyukai transportasi umum. Aku membayangkan diriku akan mati berdesakan dengan orang-orang, terkurung dalam sebuah kotak besi selama beberapa saat, kondisi itu membuat aku mual.
Makanya aku lebih suka pakai sepeda motor dari Mranggen Demak ke Semarang dan itu sudah kulakukan hampir enam tahun. Bahkan saat musim hujan begini, aku lebih memilih menyediakan jas hujan di jok motorku.
Tapi akhir-akhir ini entah kenapa aku mudah dihajar flu berat. Badanku mudah mriyang sekarang. Itu fase yang menjengkelkan.
"Kamu nggak muda lagi, fisikmu sudah ringkih makanya sering masuk angin, paling tidak seminggu dua kalilah naik angkutan umum," katamu.
Baiklah, untuk kali ini aku harus melepas ego. Kamu harus menemani Rana yang masih dua tahun dan ia sedang lucu-lucunya. Keceriaan kalian adalah semangatku. Aku tidak ingin kalian kawatir dengan kesehatanku.
Aku ingat dua minggu yang lalu kamu begitu tersiksa karena harus mengurusi aku yang sakit. Aku lihat bagaimana kamu berjuang membagi waktu, mengurus keperluan Rana, mencuci pakaiannya, memasak, membersihkan rumah, ditambah harus pergi ke apotek membeli vitamin, sampai memanggil tukang pijat buat aku.
Mel, aku tidak ingin kerepotan itu kembali menimpamu. Maka aku menuruti anjuranmu.
Semula aku masih bingung transportasi apa yang mesti kupilih untuk sampai ke tempat kerja. Aku iseng membuka ojek online, dan kompensasi yang harus aku ganti tak main-main dengan jarak 14 km. Menggunakan mobil aku harus membayar Rp. 54 ribu, sedangkan untuk motor Rp. 29 ribu.