“hehe.. i-iya, kelas kita bersebelahan, “ jawabku sekenanya, ya Tuhan tolong aku.. biarkan hati ini berhenti berdetak lebay, aku hanya ingin bersikap wajar didepannya, pintaku membatin. Kelasnya memang bersebelahan dengan kelasku,
“Galang kita kayaknya sering telat bareng ya? Rumahmu dimana? Jauh ya??” tanyanya ingin tahu,
Aku sedikit gelagapan, tapi segera menguasai diri “iya.. rumahku memang sedikit jauh, Jl.Pattimura blok M, hehe”
“loh? Kok sama?? Berati kita tetanggaan dong?” matanya bercahaya saat mengatakan itu, aku juga sedikit terperanjat, kaget bercampur senang dengan satu kenyataan ini.
“masa sih?? Rumah kamu nomor berapa?”
Obrolan kami terus berlanjut hingga kami tiba di sekolah, seperti biasa setelah mendapat ceramah dari tatib kami berpisah begitu sampai di dekat kelas, ia melambaikan tangan dengan ceria kearahku.
Sungguh kali ini aku benar-benar bahagia, bahagia yang tak bisa di jelaskan dengan ‘sekedar’ kata-kata, bahagia yang amat membuncah, didepan kelas aku berhenti sejenak, mengepalkan tangan dan mukul angin keatas “yesss!! Terimakasih tuhaann..” ucapku tertahan.
Hari ini aku menemukan sebuah fakta bahwa rumah gadis tak jauh dari rumahku, hanya berjarak kurang lebih 100 meter, terpisah oleh 6 rumah, anehnya lagi Gadis adalah salah satu pelanggan setia pecel ibuku. Baiklah, ternyata selama ini aku hanya tidak menyadari bahwa gadis ada disekitarku, Tuhan memang memiliki rencana tersendiri untuk mengatur agar hidup lebih menarik dan penuh kejutan.
Sejak hari perkenalan singkat kami di bus, gadis memutuskan untuk berangkat sekolah bersama, tapi kali ini kami tidak pernah berurusan dengan tatib dan mendengar ceramah pagi karena telat lagi. Aku akan menjemputnya di pagi hari, memaksanya bangun lebih awal. pagiku bertambah cerah, hari-hariku bertambah ceria, aku sungguh bahagia dengan rasa ini, meski ia tidak perlu tahu hatiku, dan aku tidak akan pernah membiarkan Gadis tahu. Karena dengan begini saja sudah lebih dari cukup bagiku. Aku cukup bahagia dengan tetap bisa menatap senyumnya, aku sudah cukup bersyukur bisa menjadi seseorang yang dibutuhkan dan berarti bagi gadis. Aku merasa kata ‘sahabat’ lebih baik daripada harus membuatnya canggung dengan egoku atas perasaan yang belum tentu berbalas ini, aku hanya tidak ingin kehilangan dia, sudah Tuhan cukup.
Ada satu kebiasaanku yang bisa membantu mewakili perasaanku pada Gadis, setiap sabtu malam aku meletakan mawar tepat didepan rumahnya, sehingga pada minggu pagi ia akan langsung menerimanya, dengan sebait kalimat indah.
“selamat pagi Gadisku, terimakasih karena kau masih disini”