Mohon tunggu...
Ronald Anthony
Ronald Anthony Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Hanya seorang pembelajar yang masih terus belajar. Masih aktif berbagi cerita dan inspirasi kepada sahabat dan para mahasiswa. Serta saat ini masih aktif berceloteh ria di podcast Talk With Ronald Anthony on spotify.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saturday Morning #64 - "Changing The Way"

21 Agustus 2021   10:00 Diperbarui: 21 Agustus 2021   10:07 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup semudah dengan mengklik like di Instagram, Sadar atau tidak akhir-akhirnya Instagram rasanya reweuh banget. Penuh, bermacam-macam manusia dengan berbagai laku nya. 

Semakin hari makin melihat saya makin sadar. Ada seorang teman yang sebetulnya tidak doyan-doyan amat minum kopi, ketika ada tren sekarang harus kudu mampir coffee shop dan jangan lupa sebelum diminum harus difoto #cupsinframe lengkap dengan latte art berbagai macam bentuk ala barista, dan disertai dengan caption macam-macam.

Itu baru dari sisi orang yang suka nongkrong, coba kalau yang punya hobi sepatu, kebetulan karena saya punya hobi yang sama jadi saling memperhatikan, mereka yang tadinya cuma punya sepatu satu, sudah itu sepatunya dipakai setiap hari sampai rusak, baru beli lagi, bahkan kalau bisa di sol atau ditambal, lebih baik ketimbang beli baru. Kalau sekarang harus punya minimal tiga sneakers atau sepatu dari brand yang berbeda dengan tiga colorways yang berbeda-beda. Dari beberapa yang saya perhatikan memang menemukan kecintaan atau hobi baru, namun entah beberapa kali ketika diajak diskusi soal sepatu seringkali agak kurang paham. Tapi Yang penting kan gaul coyy. Wkwkwk.

Coba lagi lihat sebelum pandemi, kalau pergi ke restoran atau rumah makan, yang dilakukan pasti foto dulu, kalau ramai-ramai pasti terakhirnya minta mbak atau mas nya untuk Boomerang ramai-ramai dulu sebelum pulang. Itu yang tadinya kalau kita makan hanya satu jam, mungkin 30 menit nya untuk foto, boomerang, atau atur gaya dulu.

Yang tadinya kalau mau jalan-jalan atau travelling sekedar hanya untuk melepas penat, sekarang pergi jalan-jalan bikin konten entah untuk portofolio atau sekedar untuk mempercantik feed Instagram. Yang So Pasti mencari tempat-tempat yang instagenic.

Sebelum pandemi, misalnya dulu yang tadinya ibadah, ya seperti biasa ibadah saja. sekarang malah kalau nggak foto altar rasanya kurang afdol, kurang lengkap ibadahnya. Kalau dulu yang tadinya hanya makan, ya makan saja, sekarang mulai diperhadapkan pada keputusan tersulit sepanjang masa: mau makan dimana, kok lihat review ini bagus, lihat selebgram ini kok keren, kan jadi tambah bingung mau makan apa ya. Hehe.

Anda mau tau apa yang udah pasti enak dan nggak bikin pusing?

Ya Nyinyir. seperti saya barusan. Haha. Sadar nggak?, kalau begitu saya coba kasih perspektif lain, barangkali berubah pandangannya.

Beberapa minggu yang lalu saya mengikuti webinar soal Shifting Minded, bagaimana mengubah cara pikir kita menjadi terbalik

Kalau anda memandang dari sisi nyinyir pasti akan ada terus kesalahan orang terus, tapi coba dibalik pola pikirnya bisa jadi, yang kita olok-olok barusan, dimana dia sering nongkrong dan sering foto-foto kopi, pada akhirnya nemu passion mereka di bidang fotografi, yang diseriusin, menghasilkan dan akhirnya malah mereka hidup dari situ.

Atau bisa jadi pula, orang yang punya hobi baru pada sneakers ini malah nantinya akan menjadi mata pencaharian baru yang menghidupi dia serta keluarga-nya. Dan coba, bisa jadi orang yang seringkali ke restoran dan foto-foto pada akhirnua malah akan membuat si restoran menjadi dikenal di media sosial dan lambat laun malah bisa menaikkan penjualannya.

Atau ketika kita melihat Instatraveler tersebut, malah berakhir dengan ia menjadi duta atau selebgram yang berkontribusi untuk menarik minat turis datang melancong ke Indonesia. Dan yang terakhir bisa jadi, teman kita yang rohani hidupnya tersebut sedang berusaha memberkati orang-orang dengan postingannya. Yang bisa jadi postingan tersebut adalah satu dari sekian banyak usaha yang dia lakukan di dalam mengisi kesehariannya dengan harapan, doa dan pemikiran positif.

Sejatinya, Instagram memang begitu banyak merubah hidup, perilaku serta kebiasaan kita sehari-hari. Mungkin kalau merubah ke arah positif adalah sesuatu yang baik, tapi akan lebih berbahaya adalah jika kemudian media sosial mulai mengacau pola pikir kita. Tapi, itu dari perspektif satunya, jika kita melihat secara lebih luas, entah itu baik atau buruknya Instagram mengubah hidup anda dan saya, kendalinya tetap ada di masing-masing Individu. Setidaknya itu, point of view yang saya dapatkan ketika berbicang dengan adik kelas saya yang sedang menjalani studi psikologi.

Maka, pernah ada anekdot yang bunyinya kurang lebih seperti ini.

"Kalau Lihat Instagram, isinya orang kaya semua ya?"

Saya haqul yakin, diantara anda mugkin ada yang berpikiran seperti itu, sebenarnya sederhana saja cara pikirnya, kalau mereka influencer maka mereka akan selalu membuata konten-konten menarik untuk menarik minat orang untuk datang dan mengunjungi profil Instagramnya. Hidup ini Saudara, bagi influencer yang sekedarnya saja dan kontennya juga biasa saja, pasti akan kalah dan terkena seleksi algoritma.

Mungkin betul, coba cek gallery anda, bisa jadi diisi dengan foto-foto instagramable yang sudah sejak lama anda fotonya, namun hal itu bukan berarti dia jalan-jalan setiap hari. Karena bisa jadi dia baru ngepost foto-foto itu di rumah, saat sedang santai-santai di atas kasur. Tapi dia harus mencitrakannya seperti itu karena dia berkomitmen pada tema, konsep, atau personal brandingnya. 

Hidup kita sekarnag penting untuk bisa punya kesadaran diri. Untuk lebih melek apakah perubahan di dalam diri kita cenderung ke arah yang baik atau justru sebaliknya. Itu yang saya sadari, dulu di akun saya, kalau mau dikata seperti akun -akun politisi, yang kerjanya ngepost kegiatan masyarakat dan disertai dengan caption-caption perjuangan. Tapi, saya harus merubah itu, sudah hampir 5 tahun ini, akun Instagram saya rubah menjadi tempat untuk posting hal-hal lucu, audience saya banyak anak muda yang menjadi pengikut saya, maka setidaknya tidak boleh banyak-banyak yang serius, harus yang tidak serius. Agar ada tawa setiap melihat postingan saya. 

Hasilnya sangat luar biasa, sangat menggembirakan, I have much less following, but much more meaningful conversations. To those who DM/ shared my article / reply my story. Pada akhirnya saya semakin sadar, inilah indahnya sosial media, ketika kira berusaha membuat perubahan signifikan dalam keseharian kita, disitulah kita akan menemukan joy & meaning dalam hidup. Ganbatte!

*)Ronald Anthony

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun