Mohon tunggu...
Ronald Anthony
Ronald Anthony Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Hanya seorang pembelajar yang masih terus belajar. Masih aktif berbagi cerita dan inspirasi kepada sahabat dan para mahasiswa. Serta saat ini masih aktif berceloteh ria di podcast Talk With Ronald Anthony on spotify.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saturday Morning #12 - "Ditinggal pada Saat Sayang-Sayangnya"

15 Agustus 2020   09:00 Diperbarui: 15 Agustus 2020   09:09 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernakah anda ke supermarket dan memperhatikan tulisan dalam kemasan ketika akan membeli?. Kalau anda pernah ke supermarket dan berbelanja selain ada informasi gizi dari suatu produk maka di dalam setiap produk yang dijual disertai pula tulisan terkait masa kadaluarsanya. 

Masa Kadaluarsa jika merujuk pada beberapa literatur adalah hubungannya dengan keamanan suatu produk. Seperti yang telah kita ketahui selama ini, tanggal kadaluarsa merupakan batas waktu maksimal sebuah produk aman untuk dikonsumsi.

Artinya jika tanggal kadaluarsa yang tertera pada suatu produk adalah tanggal 1 Januari 2018, maka setelah tanggal itu produk tersebut sudah tidak boleh dikonsumsi lagi karena dapat membahayakan tubuh. Produk yang telah melewati expired date biasanya akan mengalami perubahan pada rasa, warna, aroma, dan tekstur.

Wkwkwkwk, mulai bingung? saya mengajak anda kali ini bukan untuk membahas tentang kadaluarsa suatu produk yang bisa membuat perubahan jika dikonsumsi ataupun cara membedakan best before dengan expired date. Sungguh bukan itu maksud saya!

Saya menulis ini sebagai bagian penuangan pemikiran saya atas isu yang menjadi buah pikir saya selama seminggu kebelakang. Masa kadaluarsa ini saya kaitkan dengan isu kepemimpinan yang sedang melanda suatu organisasi, soalnya cukup pelik, sedikit rumit, namun menarik untuk diulik.

Setiap periode kepemimpinan hakikatnya adalah soal bagaimana mengembangkan suatu organisasi berusaha mencurahkan pikiran untuk kemajuan. Dan ketika berbicara isu tersebut, maka harapannya setiap anggota juga bisa bersinergi dengan kepemimpinan yang sedang berlangsung. 

"SINERGI" satu kata yang saya garisbawahi, mengingat saya merasakan betul bagaimana sulitnya bersinergi dengan anggota dibawah, saat mau sudah diputuskan untuk pilihan A selalu lagi muncul pertentangan yang pingin pilihan b atau c. Apakah salah?

Saya sampai sekarang berpikiran itu tidak salah wajar dan sah-sah saja wong kita negara demokrasi. Tetapi ingat, bisa jadi sinergi tidak terjadi karena ada "MASA KADALUARSA" pemimpin.

Anggota yang sulit diatur atau terkesan urakan bisa jadi karenan sang pemimpin dalam tahap yang jenuh atau sudah masuk fase kadaluarsa. Oleh karena itu, tidak heran di Indonesia setiap kepemimpinan hanya dibatasi 2 Periode.  Karena lebih dari itu maka bisa jadi masuk fase kadaluarsa.

Tentu ini hanya sekedar pemikiran saya saja. Karena pada prinsipnya tidak ada teori kepemimpinan yang bisa diterapkan seratus persen dalam setiap organisasi. Saya tentu pernah mengalami fase kadaluarsa ini, saya merasakan betul saat sedang berada dalam satu organisasi sangat jenuh sekali, sehingga terkadang tidak ada ide-ide segar yang bisa disumbangsihkan untuk kemajuan organisasi.

Apakah anda pernah merasakan hal yang sama? Kalau sama bisa jadi anda berada dalam tahap kadaluarsa.

Nah, coba dibayangkan kalau anda punya produk yang sudah kadaluarsa, paling banyak hanya dua pilihan yang bisa anda pilih yaitu dibuang atau didaur ulang. Lantas, pertanyaanya apakah kepemimpinan yang kadaluarsa bisa ditinggalkan begitu saja atau dibuang? Hmmmm coba anda pikirkan..!

Satu hal saja yang menurut saya bisa diterapkan untuk kepemimpinan yang sudah kadaluarsa masa berlakunya yaitu dari antara pilihan yang ada maka bisa dipilih untuk ditinggalkan saja, tetapi tidak hanya sekedar ditinggalkan begitu saja tanpa arah.

Lebih baik ditinggal pas lagi sayang-sayangnya yang berarti saat anda benar-benar mencintai dan merasa semua yang anda rencanakan sudah berjalan sebagaimana mestinya bagi organisasi anda maka itulah saat yang tepat anda untuk berhenti. Jadi, jangan ditinggal ketika posisinya terpuruk dan jatuh, akan sangat menyakitkan bagi anggota di dalam organ tersebut.

Seorang senior semasa saya berkuliah yang selalu namanya tidak mau dipublikasikan, tetapi selalu saya samarkan dengan nama dewi persik pernah menyampaikan ini kapada saya. Dan saya ingat betul ada pertanyaan yang ia lemparkan ketika kami berdiskusi soal kepemimpinan, yang pertama apalah artinya ambisius mengincar jabatan kalau jabatan tersebut tidak mau dikejar oleh anda?

Eitss, jangan salah kaprah dulu hidup ini adil masbro dan sis, apa yang menjadi milik anda akan tetap jadi milik anda, apa yang sudah tertulis untuk anda tetaplah akan tertulis milik anda. Jadi, kalau memang anda mengincar cowok/cewek dan responsnya biasa-biasa saja saran saya banyak bertapa saja, dan ingat prinsip di atas "apa yang tertulis untuk anda, maka tetaplah menjadi milik anda. Wkwkwk.

Maaf, sedikit intermezzo, dan mari kembali ke topik utama kita soal pemimpin kadaluarsa.

Terkadang saya banyak menyaksikan fenomena kepemimpinan yang terjadi bahwa menjadi percuma menjadi seseorang yang ambisius mengejar satu jabatan kepemimpinan tanpa ada suatu tujuan atau goal yang ingin kita capai. Hmmm.. Yang artinya dalam setiap kepemimpinan harus ada perubahan, harus ada tujuan atau goal yang ingin dicapai.

Sebuah pukulan telak atas motivasi organisasi yang salah dari saya selama ini yang hanya kepingin eksis dan cari massa. Namun, dibalik itu semua saya coba untuk diingatkan bahwa apabila pemimpin tanpa arah dan tidak bisa melakukan regenerasi kepada organisasinya adalah pemimpin yang gatot alias gagal total. 

Tetapi kadaluarsa tidak selamanya buruk, liatlah banyak barang kadaluarsa yang tetap bisa berfungsi dengan baik, contohnya saya barusan melihat sebuah story instagram yang memuat story tentang alat makeup yang sudah kadaluarsa atau sudah expired bisa didonasikan, dan dipergunakan untuk make up orang yang sudah meninggal.

Coba lihat, kata kadaluarsa atau expired date tidak selamanya buruk, bisa juga pada akhirnya untuk memberi kebaikan dan bermanfaat bagi orang lain. Apapun itu, kata kadaluarsa sering diidentikkan dengan sesuatu yang buruk padahal banyak juga hal yang baik bisa muncul karena hal-hal yang kadaluarsa.

Saya ajak anda merenung ini untuk mengingatkan soal kepemimpinan yang ada masa kadaluarsanya dan kalau bisa tinggalkanlah pada saat sayang-sayangnya. Tetapi, saya perlu disclaimer di awal bahwa ini bisa diterapkan dimana saja baik dalam organisasi kemasyarakatan, organisasi dalam kampus, atau sekolah sekalipun.

Dan, mohon maaf prinsip ditinggal pada saat  sayang-sayangnya jangan coba-coba anda terapkan pada organisasi yang lain misalnya pada masa pacaran apalagi pada organisasi kehidupan yaitu "rumah tangga". Kenapa saya perlu beri disclaimer di awal?

Hal ini jangan sampai anda yang menerapkan ditinggal pas lagi sayang-sayangnya dalam dua organisasi kehidupan yang saya sebut diatas, malah saya yang kena getahnya yaitu sudah pasti diuber-uber oleh keluarga atau pacar anda. Maka, sebelum diuber-uber ada baiknya "Aku mundur alon-alon, mergo sadar aku sopo". Wkwkwkwk 

Salam Sayang

*)Ronald Anthony

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun