Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kasus Detik, Ketepatan atau Kecepatan Harus Pilih yang Mana?

1 Juni 2020   08:57 Diperbarui: 2 Juni 2020   12:32 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jaga jarak (detik.com)

Mengenai kasus Detik, ketepatan atau kecepatan harus pilih yang mana? Apakah karena media daring tak perlu tepat yang penting cepat? Hanya demi klik?

Sebuah berita di Detik yang pada awalnya berjudul "Jokowi Pimpin Pembukaan Sejumlah Mal di Bekasi Siang Ini di Tengah Pandemi" yang kemudian diubah menjadi "Pemkot: Jokowi Siang ini ke Bekasi, Dalam Rangka Pembukaan Mal", menjadi polemik yang cukup panjang.

Apakah Detik Salah?

Mendengarkan rekaman wawancara dengan narasumber Kasubbgag Publikasi Humas Setda Kota Bekasi, Indah Indri Hadsari. Mungkin Detik tidak salah karena Indah ketika ditanya dalam rangka apa Jokowi ke Bekasi menjawab "Dalam rangka opening roda perekonomian, dalam rangka pembukaan mal-mal".

Rekaman tersebut bisa didengarkan di sini

Tetapi yang menjadi pertanyaan saya adalah mengapa sang wartawan tidak bertanya lebih lanjut. Mengapa di tengah pandemi mal mau dibuka? Apakah sang wartawan tak memiliki rasa ingin tahu?

Oke lah jika kita anggap wartawan Detik tak memiliki rasa ingin tahu dan langsung membuat berita. Mengapa editor tak bertanya-tanya "Kok di tengah pandemi, mal akan dibuka?"

Jika editor tak punya rasa ingin tahu, bagaimana dengan atasannya mungkin redaktur berita? Apakah tak punya rasa ingin tahu? Rasa ingin tahu yang bisa berbuah pertanyaan ke wartawan Detik yang meliput istana, apakah Jokowi ke Bekasi untuk membuka mal?

Ini bisa jadi menunjukkan kualitas Detik atau minimal Detik lebih mengutamakan kecepatan dibanding ketepatan.

Doxing dan Mengancam wartawan apakah tepat?

Tidak!

Karena kemungkinan besar wartawan tersebut juga akan diberikan sanksi oleh Detik atau mungkin sedikitnya peringatan agar lebih berhati-hati. Selain itu doxing dan mengancam wartawan tidak memberikan pelajaran kepada media yang menaunginya.

Jika ingin memberi pelajaran kepada media yang paling tepat adalah jangan lagi klik atau kunjungi. Media mengandalkan iklan dan biaya langganan untuk bisa hidup. Dengan Anda dan saya tak lagi mengunjungi atau berlangganan akan lebih mengena serta memberi pelajaran agar bisa lebih baik lagi dalam membuat berita.

Bukan hanya Detik sebenarnya yang mengejar kecepatan, ada satu media utama lain yang terkenal dengan jurnal investigasinya malah menyebar hoaks ketika memberitakan bahwa Paus positif Corona pada bulan Maret 2020. Berita yang kemudian dihapus dan hanya mengatakan artikel dihapus karena sumber tidak kredibel dan redaksi mohon maaf. Tanpa melabel artikel tersebut adalah hoaks atau minimal merevisi dan bukan mengganti dengan berita jumlah kasus positif corona di Italia.

Sejak saat itu saya lebih berhati-hati ketika membaca berita dari media tersebut dan sekarang ditambah Detik juga saya akan lebih berhati-hati dan mengurangi kunjungan.

Ketepatan atau Kecepatan?

Saya memilih ketepatan, karena sulit untuk bisa lagi percaya sepenuhnya kepada media yang kurang tepat atau menyebar hoaks. Sehingga pada akhirnya hanya membaca ketika membutuhkan pembanding alias jaga jarak dulu.

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

Ronald Wan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun