Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Apakah Perusahaan Telemarketing Memiliki Standar Etika?

18 Juli 2019   10:20 Diperbarui: 20 Juli 2019   15:11 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sebuah perbincangan dengan seorang yang bekerja di perusahaan telemarketing (telemarketer), dia bertanya kepada saya. Mengapa bapak marah-marah, saya toh menelepon dengan sopan dan baik?

Saya bertanya balik kepada dia, apakah saya perlu baik kepada sebuah perusahaan yang telah menelepon saya ratusan kali untuk menawarkan hal yang sama? Telepon langsung ditutup olehnya.

Sebuah pertanyaan yang perlu dijawab sebenarnya. Karena perusahaan yang sama telah berganti-ganti telemarketer untuk menelepon saya (dalam kurun waktu mungkin sekitar 6-8 bulan) dan jawabannya selalu sama. 

Tidak tertarik!

Selain itu, hal yang sangat membuat kesal adalah:

Mengaku dari Kementerian Perdagangan
Perusahaan ini, para telemarketernya selalu membuka pembicaraan, apakah benar ini dengan bapak anu? Kami dari Kementerian Perdagangan.

Setelah saya korek kepada telemarketer ternyata bukan bekerja di Kementerian Perdagangan. Mereka mengaku dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) yang memang berada di bawah kementerian perdagangan.

Namun saya yakin bahwa mereka ini juga tidak bekerja di Bappebti, melainkan bekerja di pialang perdagangan komoditas berjangka yang mau menawarkan paket investasi di perusahaan mereka.

Karena untuk apa Bappebti menelepon saya? Saya sama sekali tidak ada hubungan dengan Bappebti.

Waktu Menelepon di Luar Batas
Sekali waktu ada perusahaan telemarketing  (perusahaan yang berbeda dengan di atas) menelepon saya jam 22.30 malam hari. Langsung semua bahasa kasar keluar, karena saya dibangunkan paksa hanya untuk mendengar orang yang ingin menawarkan sesuatu.

Juga ada telemarketer perusahaan TV Kabel menelepon saya di hari libur alias tanggal merah. Menurut pendapat saya juga bukan waktu yang pantas untuk berjualan, karena tanggal merah waktunya orang untuk istirahat.

Menelepon Lebih dari 3 Kali per Hari
Sebuah perusahaan asuransi yang namanya sama dengan perusahaan properti, menelepon pagi, siang, sore seperti minum obat. Malah seingat saya, pada hari itu saya ditelepon sekitar 5 kali.

Saya mencari-cari di internet dan menemukan perusahaan itu di google maps. Ternyata memang bukan saya saja yang diteror oleh perusahaan ini. Beberapa orang lain juga mengalami teror yang sama.

Ketika dikomplain, mereka malah minta agar dihubungi supaya nomor bisa dihapus. Suatu hal yang tidak masuk akal, karena saya tidak pernah merasa mendaftarkan nomor telepon ke perusahaan mereka.

**

Contoh di atas hanyalah beberapa hal yang menurut saya sudah melanggar etika bahkan cenderung melakukan penipuan, misalnya dengan mengaku dari kementerian padahal bukan.

Memang ketika nomor telepon kita sudah tersebar, hampir tidak mungkin bisa terhapus dari daftar perusahaan telemarketing. Beberapa waktu yang lalu, Harian Kompas mengeluarkan artikel tentang jual beli nomor telepon. Data nomor telepon kita memiliki nilai jual.

Tetapi ada yang bisa dilakukan oleh kita untuk mengurangi hal itu. Yaitu dengan menelepon bank dan penerbit kartu kredit serta meminta agar nomor telepon kita jangan dihubungi untuk keperluan promosi. Pengalaman saya, hal ini cukup efektif mengurangi jumlah telepon spam yang masuk.

Karena memang beberapa bank atau penerbit kartu kredit bekerja sama dengan pihak ketiga untuk menawarkan asuransi, misalnya.

Saran untuk Perusahaan Telemarketing
Kembali ke pertanyaan awal, apakah perusahaan telemarketing memiliki standar etika? Jika jawabannya adalah memiliki, maka sudah saatnya disiplin untuk melaksanakan standar ini ditingkatkan serta melakukan peninjauan ulang, apakah standar ini masih cukup?

Jika jawabannya adalah tidak, maka saya pikir sudah saatnya perusahaan telemarketing dan kliennya membuat sebuah standar etika yang baku. Tujuan melakukan telemarketing adalah menawarkan sesuatu.

Jika dilakukan tanpa etika maka kemungkinan besar telepon-telepon ini akan selalu ditanggapi negatif dan tujuan Anda tidak akan pernah tercapai.

Salam,
Hanya sekadar berbagi
Ronald Wan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun