Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Apakah Perang Dagang AS dan China Sudah Dimulai?

5 April 2018   11:30 Diperbarui: 5 April 2018   11:32 1515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia sekarang ini semakin khawatir dengan perang dagang yang melibatkan dua negara dengan ekonomi terbesar di bumi ini, Amerika Serikat dan China. Donald Trump, presiden Amerika Serikat malah pernah mengatakan bahwa perang dagang adalah bagus dan mudah untuk dimenangkan, dalam salah satu cuitannya di Twitter.

Pada awalnya AS menerapkan tarif impor tambahan atas mesin cuci dan panel matahari (solar panel), yang tidak sedikit diimpor dari China. China tidak bereaksi tentang hal ini.

Kemudian AS menerapkan tarif impor tambahan atas produk aluminium dan besi baja. Produk yang sebenarnya lebih banyak diimpor dari negara-negara sekutu AS dan boleh dibilang tidak terlalu banyak dari China. China masih belum bereaksi.

Menurut beberapa analis, penerapan tarif tambahan atas impor aluminium dan besi baja sebenarnya bisa merugikan industri AS. Banyak industri AS yang menggunakan bahan baku ini, seperti mobil dan pesawat terbang. Namun dengan dibebaskannya tambahan tarif ini kepada sekutu AS, kemungkinan kerugian ini bisa dihindari.

Terakhir dengan alasan pelanggaran hak intelektual, AS berencana untuk menerapkan tarif impor tambahan untuk produk China senilai USD 50 milyar.

China mulai bereaksi dengan rencana menerapkan tarif impor tambahan untuk impor barang AS, senilai USD 3 milyar. Produk yang terkena antara lain kacang-kacangan dan buah. Alasannya untuk membalas tindakan AS atas tarif impor aluminium dan besi baja.

China sebelumnya telah memberikan pernyataan bahwa mereka siap membalas tindakan AS. Dengan nilai dan ketegasan yang sama.

Setelah pemerintahan Trump mengumumkan daftar produk yang akan dikenai tarif impor tambahan atas pelanggaran hak intelektual. Dalam hitungan jam, pemerintah China langsung memberikan reaksi, dengan mengumumkan rencana pengenaan tarif impor untuk barang dari AS, senilai USD 50 milyar.

Termasuk di dalamnya adalah kacang kedelai, mobil dan pesawat terbang. Kacang kedelai yang banyak diproduksi di daerah pemilihan yang memenangkan Trump. Saham Boeing langsung turun harganya.

Kesemuanya ini terlihat bagaikan dua orang pendekar yang sedang akan melakukan duel. Keduanya bergerak saling mengelilingi dan saling mengejek untuk menjatuhkan mental lawan. Tetapi belum terjadi duel yang sebenarnya. Walaupun salah satunya sudah memamerkan jurus bangau, tetapi tidak ada yang menyerang.

Kedua belah pihak mungkin sadar, perang dagang tidak menguntungkan. Baca "Perang Dagang dan hilangnya USD 470 milyar dari ekonomi dunia"

Saat ini mengutip Reuters, pelaku pasar masih agak tenang. Dengan kenyataan bahwa tarif yang diwacanakan AS dan China belum akan berlaku dalam waktu dekat. Masih ada waktu untuk melakukan negosiasi. Tetapi bukan berarti tidak terjadi.

Selain itu, tarif yang dicanangkan Trump lebih ke arah produk berteknologi tinggi. Bukan seperti yang dikhawatirkan yaitu produk dasar seperti baju, sepatu dan lainnya. Dimana untuk produk seperti ini banyak perusahaan ritel AS mengandalkan China sebagai pabrik mereka.

Bahkan seorang pengelola dana investasi mengatakan bahwa dalam perang dagang gertakan Trump lebih garang dibanding kenyataannya.

Pernyataan Gedung Putih (AS) yang diwakili oleh Direktur Dewan Ekonomi Nasional, Larry Kudlow sedikit menenangkan.

"Remember, none of the tariffs have been put in place yet. These are all proposals,"Kata Kudlow dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg "We're putting it out for comment. There's at least two months before any actions are taken. China by the way did not enact the tariffs."

Jika diterjemahkan "Harus diingat bahwa semua tarif impor ini masih merupakan proposal. Belum ada yang berlaku. Kami melakukan uji publik. Sedikitnya masih ada dua bulan sebelum tarif diberlakukan. China juga belum memberlakukan tarif mereka.

Duta Besar China untuk Amerika Serikat mengatakan "Negosiasi tetap menjadi prioritas, tetapi harus diingat bahwa negosiasi harus tetap melibatkan dua pihak". "Kami tetap mempriorotaskan konsultasi dan negosiasi tetapi jika pihak lain (AS) memberikan sinyal yang tidak baik. Kami (China) siap membalas.

Ternyata tidak semudah itu untuk menggertak China.

Melihat perkembangan sekarang ditambah dengan informasi bahwa AS sudah mengajukan permohonan konsultasi dengan China melalui WTO pada tanggal 23 Maret 2018.

Perang dagang kemungkinan masih bisa dihindari dengan catatan, negosiasi berlangsung mulus dan kedua belah pihak bisa mencapai kesepakatan. Risiko gagalnya negosiasi ini tetap ada yang berarti kemungkinan perang dagang skala penuh tetap bisa terjadi.

Referensi :  Reuters

Artikel ini pernah tayang di sini

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun