Peristiwa penembakan di Florida yang menewaskan 17 orang. Tidak hanya membuat para murid yang selamat tergerak untuk membuat gerakan #Neveragain. Gerakan yang ditujukan untuk memperketat aturan kepemilikan senjata api di Amerika Serikat (AS).
Penembakan dan #Neveragain juga berhasil menggerakkan beberapa perusahaan besar di AS untuk merubah kebijakannya. Salah satu contoh adalah Wallmart yang meningkatkan batas umur pembelian senjata dan amunisi dari 18 tahun ke 21 tahun.
Baca "Gen Z memengaruhi arah Bangsa"
Selain Wallmart masih ada beberapa perusahaan lain yang juga tergerak. Blackstone salah satu perusahaan investasi besar di dunia juga mulai berpikir ulang atas investasi mereka di perusahaan senjata api.
Delta Airlines, perusahaan penerbangan AS. Mengatakan akan membatalkan program diskon bagi anggota NRA (National Rifle Association). NRA adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang sangat aktif berperan dalam menjaga kebebasan memiliki senjata api di AS.
NRA banyak memberikan kontibusi kampanye kepada politikus partai Republik. Sehingga boleh dibilang memiliki pengaruh yang kuat terhadap pemerintahan yang berkuasa sekarang di AS. Pemerintahan yang dikuasai oleh partai Republik.
Menanggapi aksi Delta Airlines pemerintahan di Georgia memutuskan untuk mencabut subsidi pajak bahan bakar. Subsidi ini bernilai sekitar USD 50 juta.
Delta Airlines mengatakan bahwa prinsip mereka tidak bisa dibeli. Serta mengatakan bahwa sebenarnya yang menggunakan program diskon NRA hanyalah 13 orang. Namun di sisi lain mereka juga mengatakan bahwa tidak akan pindah dari markas besar mereka di Atlanta Georgia, walaupun subsidi dicabut.
Delta Airlines sudah berkantor pusat di Atlanta sejak tahun 1941 dan bernilai ekonomi sekitar USD 43,5 Milyar per tahun. Selain itu Delta juga telah membuka lapangan kerja bagi 33 ribu orang di seputar Atlanta.
Bayangkan jika Delta memutuskan untuk memindahkan kantor pusatnya. Bukankah 33 ribu orang akan bisa saja kehilangan lapangan pekerjaan. Nilai ekonomi USD 43,5 Milyar juga kemungkinan besar bukan hanya berputar pada pegawai Delta, namun juga pada banyak perusahaan dan individu yang bekerja untuk melayani Delta Airlines.
Pencabutan subsidi tersebut adalah sebuah keputusan populis. Keputusan yang hanya memperhatikan kepentingan pendukung. Lebih parahnya lagi pendukung yang terpengaruh hanya 13 orang.
Populisme memang menjadi senjata Donald Trump untuk menang dalam pemilihan presiden di AS. Sehingga tidak heran politikus partai Republik juga melakukan hal yang sama.
Sebagai seorang pemimpin negara, seharusnya mereka memperhatikan kepentingan yang lebih luas. Jangan sampai terjadi bahwa kepentingan pendukung bisa menjadi perusak kepentingan bangsa dan negara.
Indonesia pun tidak luput dari populisme. Sudah ada pemimpin yang lebih memperhatikan kepentingan pendukungnya dibandingkan dengan kepentingan yang lebih luas dan bisa berimplikasi jangka panjang.
Pertanyaanya, apakah kita mau terlena dan tertipu oleh janji-janji populis?
Referensi :CNN.com ; CNNmoney.com
Salam
Hanya Sekadar Berbagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H