Risiko ekonomi masih ada, antara lain jika kondisi geopoltik memanas. Atau bahkan terjadi perang besar di Timur Tengah dan Korea.
Selain itu bank sentral AS (The Fed) diperkirakan akan menaikan suku bunga sebanyak 3 kali di tahun 2018 dan yang akan mengurangi jumlah surat utang yang dipegangnya (pengurangan likuiditas). Artinya jika ada surat utang yang jatuh tempo, The fed tidak akan membeli lagi.
AS juga baru saja mengesahkan peraturan pajak yang baru dimana pajak korporasi turun menjadi 21%. Tetapi apakah akan berakibat baliknya uang korporasi tersebut? Masih belum tentu karena banyak dari korporasi AS sudah menempatkan uangnya di negara yang berpajak kecil.
Harga minyak akibat pengurangan produksi OPEC dan Rusia meningkat lumayan di tahun 2017. Di tahun 2018 saya memperkirakan produksi Shale Oil akan terus digenjot sehingga harga minyak akan stagnan cenderung turun. Kecuali ada perubahan besar di Timur Tengah.
Uni Eropa juga menurut beberapa analis akan mulai mengurangi uang yang digelontorkan ke ekonomi (quantitative easing). China diperkirakan akan tumbuh moderat di kisaran 6%-7%.
Olahraga
Piala Dunia Sepakbola 2018 dan Asian Games akan dilangsungkan. Selain dari Pilkada kemungkinan dua hal ini juga bisa menambah pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pengeluaran di Piala Dunia sebelumnya cukup lumayan.
Piala dunia 2018 juga mungkin bisa meredam panasnya Pilkada. Mungkin saja nanti ada kampanye yang berupa nonton bareng Piala Dunia Sepakbola 2018. Saya menjagokan Brazil untuk kembali juara.
Liga Inggris dan Liga Champions juga masih menjadi tontonan yang menarik. Manchester City sudah mulai terpeleset, kemungkinan untuk melampaui nilai City di Liga Inggris memang kecil. Tetapi kemungkinan selalu ada.
Teknologi
Perkembangan teknologi ponsel dan komputer semakin terbatas. Namun perkembangan teknologi seperti mobil listrik dan mobil otonom semakin cepat. Tidak tertutup kemungkinan tahun 2018 sudah ada mobil otonom yang diujicoba sebagai taksi walaupun masih ada orang yang menjaganya.