Pada tahun 2007 Singapore Airline merupakan maskapai pertama di dunia yang menerbangkan Airbus A380 secara komersial. Airbus A380 dibuat dengan tujuan agar penerbangan antar benua lebih efisien dan menyenangkan.
Dengan jumlah penumpang yang bisa mencapai sekitar 800 (kelas ekonomi seluruhnya) A380 diperkirakan akan bisa menggantikan beberapa pesawat berbadan sempit seperti Boeing 737 atau Airbus A 320 sehingga penerbangan bisa menjadi lebih efisien. A380 juga menggantikan peran Boeing 747 yang fenomenal.
Dalam kenyataannya besarnya badan pesawat mengharuskan bandara untuk melakukan renovasi yang akan memakan biaya cukup banyak. Sehingga hanya bandara-bandara besar dunia yang mampu melakukannya. Bandara Soekarno Hatta terminal 3 sudah dirancang untuk melayani A380 tetapi sejauh pengetahuan saya belum pernah ada maskapai yang terbang ke Indonesia menggunakan A380.
Pengguna terbanyak A380 sampai sekarang adalah Emirates, sekitar 100 pesawat per Agustus 2017. Sebuah pesawat bertingkat dua ini bernilai USD 436 juta bandingkan dengan harga pesawat N219 yang sekitar USD 6 juta. Sekitar 318 pesawat telah terjual sampai saat ini.
Pada Dubai Air Show 2017, Emirates sebenarnya diharapkan akan menandatangani pembelian A380 senilai kurang lebih USD 15 Milyar. Namun malah menandatangani pembelian 40 Boeing 787-10 yang bernilai kurang lebih sama.
Pimpinan Emirates Sir Tim Clark dalam wawancaranya dengan CNBC mengatakan bahwa Emirates masih belum memastikan untuk membatalkan pesanan A380. Namun saat ini masih menunggu komitmen dari Airbus Industrie untuk menjamin bahwa A380 masih akan diproduksi untuk jangka waktu tertentu.
Kekhawatiran Emirates masuk akal, karena sampai saat ini belum ada lagi pemesanan A380 yang baru. Selain daripada itu penjualan kembali A380 bekas juga tidak memiliki peminat.
Untuk bisa memenuhi pesawat dengan jumlah penumpang yang sangat banyak ini bukanlah hal yang mudah. Emirates menggunakan model bisnis dengan mengumpulkan penumpang di Dubai (sebagai hub) dan menggunakan A380 untuk menerbangkan penumpang ke Eropa dan Amerika.
Banyak pimpinan maskapai pengguna A380 yang merasa bahwa performa pesawat ini tidaklah sebaik yang dibayangkan. Penghematan biaya terbang per penumpang ternyata tidaklah signifikan. CEO Qantas bahkan mengatakan kepada Business Insider, bahwa lebih murah untuk menerbangkan dua Boeing 787 secara berbarengan dibanding dengan satu A380.
Konfigurasi 787 Qantas bisa membawa 236 penumpang dan A380 sekitar 486 penumpang. Qantas memesan sekitar dua puluh A380 dan akhirnya memutuskan untuk membatalkan 8 pesanan.
Banyaknya penumpang dalam satu pesawat bisa mengurangi kepadatan skedul penerbangan di satu bandara. Jadi misalnya dengan B737 hanya bisa mengangkut sekitar 200 penumpang maka dengan Airbus A330 bisa sekitar 300 penumpang sehingga jadwal penerbangan bisa dikurangi. Sehingga dengan menerbangkan A380 ke bandara yang padat akan bisa membantu mengurangi kepadatan.Â
Sebuah celah penjualan A380.
Kesulitan A380 bukan hanya permintaan komitmen dari Emirates. Pabrik pembuat mesin A380 juga ragu untuk melanjutkan produksi. Hal ini dikarenakan pasar sekunder A380 yang belum jelas. Padahal pabrik mesin mengharapkan penjualan mesin baru dan suku cadang dari pasar sekunder.
Arah perkembangan industri penerbangan sendiri memang masih belum jelas. Di satu sisi perkembangan penerbangan murah begitu berkembang dan mengakibatkan banyak maskapai "full service" yang merugi. Di sisi lain peningkatan jumlah penumpang di Asia terutama China karena "booming" ekonomi membuat banyak maskapai juga bisa berharap.
Tetapi apakah penerbangan membutuhkan pesawat besar seperti A380 atau badan lebar seperti Boeing 777 dan 787 serta A330/350 untuk penerbangan jarak jauh? Sebuah pertanyaan yang sulit dijawab.
Namun yang jelas perubahan pola belanja dari mengumpulkan barang ke mengumpulkan pengalaman telah terjadi sehingga menurut perkiraan saya industri penerbangan akan terus berkembang. Dalam kaitannya dengan industri pariwisata.
Jika Emirates membatalkan pesanan A380 saya pikir dalam waktu sekitar 20 tahun pesawat ini mungkin hanya tinggal jadi kenangan.
Referensi:
Sebuah video menarik tentang pendaratan A380
Salam
Hanya Sekadar Berbagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H