Mungkin semua orang di dunia ini keinginan utamanya adalah berbahagia. Keinginan yang sangat wajar, siapa juga yang mau bersedih atau sakit hati.
Namun seringkali dalam perjalanan mencari kebahagiaan kita menemui kebingungan. Â Misalnya penghasilan sudah besar, mengapa kita tidak bahagia?
Para ilmuwan juga tertarik dalam melakukan penelitian tentang kebahagiaan. Â
Inilah beberapa hasilnya.
Apakah uang bisa menjadi sumber kebahagiaan?
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gallup dan Sharecare sebuah perusahaan digital yang melayani pembuatan profil kesehatan personal. Mengatakan bahwa uang yang dihasilkan oleh seseorang bisa menjadi sumber kebahagiaan, tapi hanya sampai sebuah titik tertentu.
Riset ini memawancarai 450 ribu orang di Amerika Serikat dan menemukan bahwa jumlah penghasilan atau uang yang menjadi titik maksimal dalam menghasilkan kebahagiaan berbeda pada beberapa negara bagian,
Saya menduga bahwa hasil riset ini berhubungan dengan biaya hidup. Artinya jumlah uang minimal yang diperlukan untuk hidup layak. Jika itu sudah tercapai maka kebahagiaan akan naiknya penghasilan akan berkurang atau hilang.
Ternyata tidak, penelitian ini menemukan bahwa ada orang yang membutuhkan penghasilan yang jauh lebih besar (titik maksimum uang menjadi sumber kebahagiaan) dibandingkan dengan tingkat kebutuhan hidup layak.
Memberi ternyata lebih membahagiakan
Mungkin masih banyak yang orang yang mengira bahwa menerima itu lebih membahagiakan dibandingkan dengan memberi. Hal yang keliru.
Studi yang dilakukan oleh Harvard University yang dilakukan di 136 Negara ternyata membuktikan bahwa memberi ternyata memberikan lebih banyak kebahagiaan dibandingkan dengan menerima. Studi ini melibatkan baik negara yang kaya maupun yang miskin.
Pengalaman saya pribadi sesuai dengan penelitian ini. Misalnya saya lebih berbahagia jika bawahan saya berhasil untuk mendapatkan promosi. Saya merasa senang atas keberhasilan saya mendidik dia dan juga senang akan kebahagiaan dia.
Terlalu banyak pilihan bisa mengurangi kebahagiaan
Mungkin Anda pernah membaca bahwa Mark Zuckerberg pendiri Facebook, setiap hari menggunakan kaos yang mirip.
Selain untuk membebaskan otak dari paksaan untuk memilih baju kerja untuk hari ini. Ternyata juga bisa meningkatkan kebahagiaan. Bayangkan selain memilih baju, berapa banyak keputusan yang harus kita buat setiap harinya?
Makan siang, transportasi, mana yang harus didahulukan dalam bekerja dan lainnya, Ini hal yang besar bagaimana dengan yang kecil dan tidak kita sadari seperti lagi berjalan berpapasan dengan orang. Kemana kita ingin menghindar?
Penelitian yang dilakukan oleh Moran Cherf seorang Neuroscientist Northwestern University. Mengatakan bahwa dia mendapatkan suatu pengetahuan betapa capeknya mental kita dalam membuat keputusan. Sehingga ada suatu titik dimana otak akan menyerah dan tidak mau lagi membuat keputusan. Hal ini disebut "Decision Fatigue"
Jadi untuk meningkatkan kebahagiaan mungkin kita bisa mengurangi hal yang harus kita putuskan setiap harinya. Misalnya dengan cara mendelegasikan tugas atau membiarkan orang lain untuk menentukan pilihan (menu makan siang contohnya).
Jangan berusaha untuk berbahagia setiap waktu
Jennifer Hecht seorang filsuf yang meneliti tentang sejarah kebahagiaan. Dalam bukunya " The Happiness Myth" mengatakan bahwa kita mengalami kebahagiaan yang berbeda tipe tetapi perbedaan ini terkadang bertolak belakang.
Dengan kata lain berbahagia di suatu titik akan mengurangi kebahagiaan di titik yang lain. Jadi tidak mungkin seseorang bisa bahagia secara maksimal di semua aspek kehidupan.
Misalnya kebahagiaan buat kita jika berhasil dalam pekerjaan tetapi untuk mengejar keberhasilan ini terkadang kita seringkali lupa waktu. Hal yang bisa mengakibatkan kebahagiaan kita dalam berkeluarga bisa berkurang karena kita tidak bisa memenuhi tuntutan keluarga untuk memberikan waktu yang lebih banyak.
Kalau menurut saya jika kita pernah bersedih maka kita akan lebih bisa menghargai kebahagiaan.
Semoga semua pembaca tulisan ini berbahagia
Referensi : Businessinsider.com
Salam
Hanya Sekadar Berbagi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI