Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Kata Sains tentang Kebahagiaan

30 Oktober 2017   10:52 Diperbarui: 30 Oktober 2017   11:44 1871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin semua orang di dunia ini keinginan utamanya adalah berbahagia. Keinginan yang sangat wajar, siapa juga yang mau bersedih atau sakit hati.

Namun seringkali dalam perjalanan mencari kebahagiaan kita menemui kebingungan.  Misalnya penghasilan sudah besar, mengapa kita tidak bahagia?

Para ilmuwan juga tertarik dalam melakukan penelitian tentang kebahagiaan.  

Inilah beberapa hasilnya.

Apakah uang bisa menjadi sumber kebahagiaan?

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gallup dan Sharecare sebuah perusahaan digital yang melayani pembuatan profil kesehatan personal. Mengatakan bahwa uang yang dihasilkan oleh seseorang bisa menjadi sumber kebahagiaan, tapi hanya sampai sebuah titik tertentu.

Riset ini memawancarai 450 ribu orang di Amerika Serikat dan menemukan bahwa jumlah penghasilan atau uang yang menjadi titik maksimal dalam menghasilkan kebahagiaan berbeda pada beberapa negara bagian,

Saya menduga bahwa hasil riset ini berhubungan dengan biaya hidup. Artinya jumlah uang minimal yang diperlukan untuk hidup layak. Jika itu sudah tercapai maka kebahagiaan akan naiknya penghasilan akan berkurang atau hilang.

Ternyata tidak, penelitian ini menemukan bahwa ada orang yang membutuhkan penghasilan yang jauh lebih besar (titik maksimum uang menjadi sumber kebahagiaan) dibandingkan dengan tingkat kebutuhan hidup layak.

Memberi ternyata lebih membahagiakan

Mungkin masih banyak yang orang yang mengira bahwa menerima itu lebih membahagiakan dibandingkan dengan memberi. Hal yang keliru.

Studi yang dilakukan oleh Harvard University yang dilakukan di 136 Negara ternyata membuktikan bahwa memberi ternyata memberikan lebih banyak kebahagiaan dibandingkan dengan menerima. Studi ini melibatkan baik negara yang kaya maupun yang miskin.

Pengalaman saya pribadi sesuai dengan penelitian ini. Misalnya saya lebih berbahagia jika bawahan saya berhasil untuk mendapatkan promosi. Saya merasa senang atas keberhasilan saya mendidik dia dan juga senang akan kebahagiaan dia.

Terlalu banyak pilihan bisa mengurangi kebahagiaan

Mungkin Anda pernah membaca bahwa Mark Zuckerberg pendiri Facebook, setiap hari menggunakan kaos yang mirip.

Selain untuk membebaskan otak dari paksaan untuk memilih baju kerja untuk hari ini. Ternyata juga bisa meningkatkan kebahagiaan. Bayangkan selain memilih baju, berapa banyak keputusan yang harus kita buat setiap harinya?

Makan siang, transportasi, mana yang harus didahulukan dalam bekerja dan lainnya, Ini hal yang besar bagaimana dengan yang kecil dan tidak kita sadari seperti lagi berjalan berpapasan dengan orang. Kemana kita ingin menghindar?

Penelitian yang dilakukan oleh Moran Cherf seorang Neuroscientist Northwestern University. Mengatakan bahwa dia mendapatkan suatu pengetahuan betapa capeknya mental kita dalam membuat keputusan. Sehingga ada suatu titik dimana otak akan menyerah dan tidak mau lagi membuat keputusan. Hal ini disebut "Decision Fatigue"

Jadi untuk meningkatkan kebahagiaan mungkin kita bisa mengurangi hal yang harus kita putuskan setiap harinya. Misalnya dengan cara mendelegasikan tugas atau membiarkan orang lain untuk menentukan pilihan (menu makan siang contohnya).

Jangan berusaha untuk berbahagia setiap waktu

Jennifer Hecht seorang filsuf yang meneliti tentang sejarah kebahagiaan. Dalam bukunya " The Happiness Myth" mengatakan bahwa kita mengalami kebahagiaan yang berbeda tipe tetapi perbedaan ini terkadang bertolak belakang.

Dengan kata lain berbahagia di suatu titik akan mengurangi kebahagiaan di titik yang lain. Jadi tidak mungkin seseorang bisa bahagia secara maksimal di semua aspek kehidupan.

Misalnya kebahagiaan buat kita jika berhasil dalam pekerjaan tetapi untuk mengejar keberhasilan ini terkadang kita seringkali lupa waktu. Hal yang bisa mengakibatkan kebahagiaan kita dalam berkeluarga bisa berkurang karena kita tidak bisa memenuhi tuntutan keluarga untuk memberikan waktu yang lebih banyak.

Kalau menurut saya jika kita pernah bersedih maka kita akan lebih bisa menghargai kebahagiaan.

Semoga semua pembaca tulisan ini berbahagia

Referensi : Businessinsider.com

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun