Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sekilas tentang Populisme dan Donald Trump

17 Oktober 2017   11:30 Diperbarui: 17 Oktober 2017   11:41 6351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald Trump (https://www.theatlantic.com)

Populisme menurut Cambridge Dictionary Onlineadalah " political ideas and activities that are intended to get support ordinary people by giving them what they want" jika diterjemahkan berarti " Ide dan kegiatan politik yang bertujuan untuk memperoleh dukungan dari rakyat dengan cara memberikan apa yang mereka inginkan

Professor Cas Mudde dari University of Georgia mengatakan bahwa populisme adalah "thin ideology" in that it "only speaks to a very small part of a political agenda," atau terjemahannya "ideologi tipis yang di dalamnya hanya membahas tentang sebagian kecil dari agenda politik.

Jika dibandingkan, ideologi seperti Fasisme membahas semuanya, bagaimana sistem politik, ekonomi dan kehidupan bermasyarakat sebagai sebuah sebuah kesatuan dalam sebuah ideologi.

Populisme tidak, melainkan hanya berpikir bagaimana cara untuk mengalahkan petahana tetapi setelah itu bagaimana? Tidak pernah dipikirkan.

Donald Trump, sedikit banyak menggunakan metode populisme dalam melakukan kampanyenya. "Make America Great Again" slogan yang digunakan dalam kampanye untuk posisi presiden Amerika Serikat  (AS) cukup menggambarkan hal ini.

Salah satu program yang ingin dijalankan oleh Trump adalah bagaimana mengembalikan pekerjaan ke AS. Banyak pekerjaan yang tadinya dikerjakan oleh tenaga kerja AS berpindah ke negara lain, sebagai contoh pabrik mobil yang mulai pindah ke Meksiko. iPhone yang diproduksi di Tiongkok, dan masih banyak lagi.

Sampai sekarang walaupun disertai ancaman, pengembalian pekerjaan ini belum berjalan.

Begitu juga dengan janji untuk menurunkan pajak. Selain belum berjalan ditenggarai bahwa proposal penurunan pajak ini akan lebih menguntungkan orang-orang yang berpenghasilan besar bukan rakyat kebanyakan.

Janji-janji ini memang sangat manis.

Sehingga banyak kaum pekerja AS yang konservatif tergiur sehingga memilih dan menjadikan Trump sebagai presiden Amerika Serikat.

Sebagai pengusaha Trump mungkin dengan gampang bisa merubah semua aturan yang ada. Apalagi jika dia adalah pemegang saham terbesar.

Sebagai presiden tidaklah semudah itu, semuanya diatur dalam undang-undang. Untuk melakukan perubahan undang-undang Trump membutuhkan dukungan yang sekarang ini semakin berkurang (baca beberapa politikus Partai Republik mulai menentang Trump).

Misalnya tentang Obamacare (suatu undang-undang kesehatan yang dibuat pada era Obama) yang ingin diubah. Setelah beberapa kali gagal dalam pembahasan di Kongres akhirnya Trump mengeluarkan semacam Perpres untuk membatalkan ini. Perpres yang bisa saja digugat dan dibatalkan.

Sampai sekarang AS masih terbelah antara pendukung Trump dan anti Trump. Terlebih dengan sikap Trump yang terkesan mendukung rasisme.

"Populist (orang yang menjalankan populisme)  adalah pemecah belah bukan pemersatu" menurut Profesor Mudde " Populist memecah masyarakat menjadi dua, pendukung dan anti serta mengatakan bahwa mereka digerakkan oleh keinginan rakyat"

"Amerika Serikat dalam ilmu politik disebut demokrasi liberal, sistem politik yang didasarkan pada keberagaman. Dengan ide bahwa AS memiliki beberapa kelompok masyarakat yang berbeda dengan tujuan dan nilai-nilai yang berbeda. Namun semuanya adalah sah menurut hukum" tambah Profesor Mudde.

Populists, in contrast, are not pluralist. They consider just one group---whatever they mean by "the people"---legitimate. kata Profesor Mudde

Referensi : The Atlantic.com

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun