Era internet, semua orang silau dengan banyaknya startup (perusahaan rintisan) yang berhasil. Tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri. Di Indonesia saja sudah ada beberapa contoh usaha rintisan yang berhasil mendapat suntikan dana triliunan rupiah.
Tidak bisa dipungkiri semua keberhasilan ini membuat mungkin hampir semua orang tua dan muda berlomba-lomba untuk membuat sebuah usaha rintisan. Dengan harapan bisa menjadi Facebook, Amazon, Uber atau di Indonesia Gojek, Tokopedia, Bukalapak yang merupakan beberapa usaha rintisan yang berhasil.
Menurut Startupranking.com jumlah usaha rintisan di Indonesia adalah no 3 terbanyak di dunia. Hanya kalah dibandingkan dengan Amerika Serikat dan India.
Competitive advantage, keunggulan competitif. Gojek pada awal didirikan mungkin boleh dibilang meniru konsep Uber, tetapi disesuaikan dengan keadaan Jakarta yang macet. Sehingga jasa yang ditawarkan pada awalnya adalah penyewaan sepeda motor lengkap dengan pengemudi untuk mengantarkan penumpang. Notabene adalah ojek yang dionlinekan.
Sebuah keunggulan yang ditawarkan walaupun konsep dasarnya meniru perusahaan lain. Sampai sekarang  Gojek masih berusaha menyajikan keunggulan. Go food, Go Pay, Go Car, Go Glem adalah beberapa contohnya.
Bisa baca Carilah Hal Unik Sebelum berwirausaha
Pengorbanan dan tidak putus asa, Tokopedia pertama kali diluncurkan pada tahun 2009, saya terus terang tidak tahu berapa lama William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison mempersiapkan Tokopedia untuk bisa diperkenalkan kepada publik.
Pastinya cukup lama, tidak mudah untuk membuat sebuah sistem yang mumpuni dan sampai sekarang pun saya yakin Tokopedia masih memperbaiki sistem dan layanannya. Tokopedia butuh waktu sekitar 5 tahun sebelum mendapatkan pendanaan sebesar USD 100 juta dari konsorsium Softbank Internet dan beberapa perusahaan lain.
Butuh 8 tahun sebelum disuntik dana sebesar USD 1,1 Milyar dari Alibaba belum lama ini.
Pengalaman pribadi, saya beberapa kali sempat berhubungan dengan orang-orang yang ingin mendirikan usaha rintisan. Dua hal ini yang menjadi titik kelemahan yang saya temukan.
Konsep yang mereka buat terkadang hanya meniru sebuah usaha rintisan yang sudah berhasil, namun tidak ada terlihat adanya sebuah pembedaan yang memberi nilai tambah. Hal ini menurut saya membuang-buang waktu karena kemungkinan besar akan gagal. Blue Jek, Lady jek adalah beberapa contoh usaha yang ingin meniru Gojek dan gagal.
Masalah yang kedua adalah tidak mau berkorban. Ada yang memiliki konsep dan sebenarnya memiliki kemampuan untuk mengembangkan konsep itu menjadi aplikasi. Namun yang dilakukan adalah berusaha mencari pemodal dengan hanya jualan konsep.
Konsep dan ide tidak laku untuk dijual (mentor saya mengatakan ini), karena banyak sekali orang yang memiliki ide dan konsep yang bagus. Tetapi tidak mampu mengembangkannya menjadi sesuatu yang nyata.
Seharusnya yang dilakukan adalah jangan menunggu pemodal yang akan memberikan uang untuk pengembangan konsep. Berjuanglah di waktu luang dan akhir minggu untuk menjadikan konsep dan ide menjadi sebuah aplikasi (sebuah pengorbanan)
Baru coba dijual.
Tidak kalah pentingnya adalah usaha rintisan bukan hanya terbatas dalam bidang teknologi. Beberapa contoh yang bisa disebut sebagai usaha rintisan misalnya Radja Cendol sebuah usaha yang berjualan cendol tetapi bisa menjual sebanyak 10,000 gelas per hari. Selengkapnya di Kompas.com
Kepiting Nyinyir juga saya bilang bisa dibilang sebagai usaha rintisan. Mereka sukses membuat sebuah resto tanpa ruang makan. Bisa baca di  sini
Di balik silaunya keberhasilan startup, ada sebuah perjuangan yang harus dilakukan dan dilalui.
Salam
Hanya Sekadar Berbagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H