Ini yang saya sebut memberikan kail bukan ikan. Subsidi saya ibaratkan hanya memberikan ikan yang memang membuat rakyat senang pada awalnya, tetapi apakah Indonesia hanya ingin berjalan di tempat? Bandingkan dana 300 Triliun rupiah diberikan sebagai subsidi yang penikmatnya bukan hanya golongan yang pantas disubsidi, dengan menggunakan dana tersebut untuk membangun infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang merupakan sebuah keharusan mengingat Indonesia masih memerlukan banyak sekali infrastruktur.
Bayangkan kita tinggal di sebuah desa yang sangat subur, seperti kata Koes Ploes hanya melempar tongkat jadi tanaman. Tapi jalan ke sana rusak, biaya untuk mengangkut hasil pertanian sama dengan harga jual di pasar. Â Desa ini juga belum teraliri listrik. Bukankah penduduk desa ini lebih berhak mendapatkan perhatian? Jalan dibangun dan listrik disalurkan
Juga memberikan kail adalah dengan memberikan dana desa (melalui koperasi), yang saya harapkan bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan sehingga bisa lebih berdaya saing. Bagaimana dengan penduduk miskin di perkotaan? Dengan memberikan pelatihan dan permodalan untuk membuat suatu usaha saya pikir bisa membantu untuk memperbaiki taraf hidup mereka. Dengan harapan masyarakat yang sekarang masih perlu disubsidi pada akhirnya bisa menolak diberikan subsidi karena sudah mampu.
Memberikan kail lebih baik daripada hanya menyediakan ikan.
Dengan subsidi yang tepat sasaran dan pengalihan dana subsidi ke kegiatan produktif. Saya berharap agar kesenjangan ekonomi di Indonesia bisa berkurang dan Indonesia bisa segera menjadi negara maju.
Salam
Sebuah pemikiran untuk kemajuan Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H