Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bonus Demografi, Kebutuhan Industri dan Pandangan terhadap Pendidikan di Indonesia

22 Maret 2017   08:57 Diperbarui: 3 Agustus 2017   12:26 2271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun dengan semakin meningkatnya upah di Indonesia, mulai banyak industri padat karya yang pindah ke Vietnam atau Kamboja. Hal yang sama juga terjadi di China.

Investasi di Indonesia pada saat ini, fokusnya mulai berubah. Dari padat karya ke padat modal. Industri padat modal adalah industri yang lebih banyak menggunakan tenaga mesin dibanding tenaga orang. Seperti industri otomotif, elektronik dan lain lain.

Dengan berubahnya fokus investasi maka kebutuhan terhadap pekerja kasar akan berkurang. Kebutuhan industri sekarang ini lebih pada pekerja terampil.

Pemerintah sudah mencoba mengantisipasi dengan pemberian insentif pajak untuk industri padat karya, agar lebih banyak pekerja kasar yang bisa terserap.

Pandangan terhadap pendidikan, Indonesia masih menganggap bahwa jika pendidikan mencapai S1 atau minimal  D3 akan lebih menjamin kesempatan kerja.

Dok Pribadi. Sumber data BPJS
Dok Pribadi. Sumber data BPJS
Terlihat dari tabel di atas masih lebih banyak pekerja lulusan SMU dibandingkan dengan SMK. Dengan pandangan bahwa pendidikan S1 atau D 3 lebih menjanjikan, maka banyak orang tua yang mengarahkan anak mereka untuk masuk masuk SMU dibanding SMK.

Pandangan yang kurang tepat menurut saya.

Dilihat dari kebutuhan Industri dan perlunya penyiapan angkatan kerja untuk memaksimalkan bonus demografi. Seharusnya pendidikan Indonesia diarahkan ke sekolah menengah kejuruan (SMK).

Harus diakui banyak yang harus diperbaiki dari sistem pendidikan SMK.

Pertama seharusnya jurusan pendidikan SMK disesuaikan dengan potensi daerah setempat. Misalnya jika daerah pertanian maka sebaiknya pemerintah mendirikan SMK Pertanian, agar pertanian di daerah setempat bisa mulai menggunakan teknologi modern untuk meningkatkan hasilnya. Bahkan jika ingin lebih mengerucut,  bisa didirikan SMK Pertanian yang sesuai dengan apa yang ditanam, contohnya daerah penghasil jagung maka fokus kurikulum SMK lebih ke pertanian jagung.

Kedua, harus ada kerjasama dengan industri. Agar jurusan SMK bisa disesuaikan dengan kebutuhan industri. Misalnya SMK Otomotif untuk industri otomotif, SMK Elektronik untuk industri elektronik. Selain itu kurikulum juga menyesuaikan dengan kebutuhan industri, agar setelah lulus langsung siap bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun