Mohon tunggu...
Ronald Sianipar
Ronald Sianipar Mohon Tunggu... Lainnya - -

Alumni Ilmu Ekonomi FEUI lulus tahun 2009, saat ini bekerja sebagai PNS di Kementerian PUPR pada Direktorat Jenderal Bina Konstruksi dan sebelumnya pernah bekerja pada Kedeputian Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebagai Analis Ekonomi Regional.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Peran Geopolitik Rusia-Ukraina terhadap Keamanan Rantai Pasok Energi dan Pertahanan Indonesia

27 Agustus 2022   17:23 Diperbarui: 28 Agustus 2022   16:10 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

LATAR BELAKANG

Sejak akhir tahun 2021, konflik memanas kembali ketika Rusia memobilisasi militer ke perbatasan Ukraina. Dalam mengantisipasi hal tersebut, NATO merespon dengan menempatkan pasukan dalam keadaan siaga di Eropa Timur. 

Kemudian AS membuka peluang kepada Ukraina untuk bergabung namun hal tersebut ditentang oleh Rusia karena dinilai akan membahayakan negara Rusia melihat peran NATO di Ukraina. 

Pada saat itu juga, Ukraina melalui Presiden Velodymir Zelensky sudah mengingatkan barat untuk tidak menciptakan kepanikan karena akan membahayakan perekonomian Ukraina. 

Ukraina berusaha membereskan konflik separatis yang terjadi di Donetsk dan Luhansk. Namun Rusia juga ikut campur dalam urusan tersebut karena faktor kesamaan sejarah. 

Rusia mengakui kedaulatan dari dua daerah separatis Ukraina, yakni Donetsk dan Luhansk. Tindakan Presiden Rusia Vladimir Putin itulah yang memicu kecaman dari dunia internasional.

HUBUNGAN BILATERAL RUSIA-UKRAINA DENGAN INDONESIA 

Sekilas tentang Negara Rusia. Negara ini memiliki total luas negara sebesar 17,098 juta km2. Luas negara Rusia ini termasuk perairan dan danau Baikal, danau air tawar dengan volume terbesar di dunia. Rusia adalah salah satu eksportir utama minyak bumi, gas alam, dan barang tambang dunia. 

Pada akhir 2021 tercatat bahwa rusia berkontribusi sekitar 12% dari pasokan minyak dunia dengan nlai US$110.2 billion. Dapat dilihat dari grafik berikut, dimana negara China dan Negara-negara di Eropa merupakan importir utama minyak mentah yang akan dipakai untuk energi, industri, dan transportasi. 

Maka tentu akan berimbas pada perekonomian mereka, dan Indonesia sebagai pihak ketiga atau sebagai target pasar beberapa produk eropa dan china akan terimbas dengan harga barang yang semakin tinggi atau jumlah barang yang semakin langka. Hubungan Rusia dan Ukraina dengan Indonesia hingga saat ini sangat erat pada bidang pangan dan energi. 

Berdasarkan data dari UN Comtrade, Ukraina memasok sekitar 23,51 persen gandum Indonesia. Sementara Rusia memasok sekitar 15,75 persen pupuk Indonesia (data tahun 2020). Hubungan timbal balik dapat dilihat bahwa Indonesia melakukan ekspor minyak nabati ke Negara Rusia sekitar 5 persen.

PERMASALAHAN KENAIKAN HARGA MINYAK GLOBAL

Konflik antara Negara Rusia-Ukraina berdampak pada tren harga minyak dunia semakin meningkat. Permasalahan pertama adalah harga minyak mentah melonjak menuju USD100 per barel. 

Hal ini berpengaruh terhadap harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP). ICP yang sejak April 2020 berada pada USD20/barel, kini meningkat lebih dari 4 kali lipat hingga mencapai USD98/barel per Februari 2022 (KESDM, 2022). 

Permasalahan selanjutnya adalah bagaimana pengaruhnya di Indonesia. Permasalahan di Indonesia muncul pada penyusunan APBN tahun 2022. 

Dimana asumsi harga minyak yang digunakan adalah sebesar USD63/barel. Dengan demikian, kenaikan ini berpotensi membuat harga-harga lainnya akan terdorong tidak stabil.

Menurut data Kementerian ESDM (2021), memperkirakan bahwa produksi minyak sesuai APBN 2021 sebesar 705 ribu bph. Sementara kebutuhan minyak dalam negeri sekitar 1,6 juta bph. Dengan demikian Indonesia harus melakukan impor untuk memastikan keamanan pasokan minyak di dalam negeri. 

Pengaruh harga minyak global tentu akan mempengaruhi harga yang akan Indonesia gunakan ketika impor minyak dari Arab Saudi, Nigeria, Australia, Aljazair dan lainnnya. Pada 2020, total ekspor seluruh komoditas dari Indonesia ke Ukraina sebesar 223,916 juta dollar AS atau setara Rp 3,2 triliun. 

Sementara Import gandum sekitar 23,51 persen gandum Indonesia. Akibat terganggunya rantai pasok gandum ke Indonesia, maka dapat diprediksi bahwa pasokan gandum dan turunannya (tepung dan sebagainya) akan semakin mahal karena semakin langka.

Demikian halnya dengan ekspor seluruh komoditas dari Indonesia ke Ukraina, Indonesia akan kehilangan nilai tambah karena terganggunya jalur logistik dan administratif ke negara tersebut. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, 

Rusia melakukan impor minyak nabati (CPO) dari Indonesia. Kemungkinan jalur ini juga akan terganggu dalam waktu tertentu mengingat beberapa negara eropa sudah melakukan embargo ekonomi ke negara Rusia, tentu akan membawa dampak juga pada jalur logistik Indonesia dengan Rusia.

ANCAMAN

Ancaman merupakan suatu kegiatan sistematis yang dapat membahayakan kedaulatan, keutuhan wilayah NKRI serta keselamatan bangsa dan negara. 

Ancaman dapat dibagi dalam tiga kategori, diantaranya: ancaman militer, ancaman non-militer, dan dan ancaman hibrida. Konflik Rusia dan Ukraina sudah dapat terlihat jelas sebagai ancaman militer, dimana konflik tersebut dapat memicu terjadinya perang dunia ketiga. Ancaman pertama yang menjadi fakta terlihat jelas adalah kenaikan harga minyak global. 

Potensi ancaman perang dunia ketiga masih sangat mungkin terjadi melihat konflik kedua negara masih berlangsung. Hal ini tentu akan Menimbulkan potensi ancaman yang mengganggu pertahanan negara dilihat dari konteks implikasi ancaman terhadap keamanan nasional.

Dilhat dari peta geopolitik Rusia dan Ukraina, sebagian besar wilayah Rusia masuk bagian Asia, sekitar 13 juta km persegi. Sementara yang masuk wilayah Eropa hanya 4 juta km persegi. Hal ini membuat negara tersebut berada dalam poros 3 kekuatan dunia, yakni NATO, China, dan Rusia. 

Menjadi penyeimbang antara kekuatan Asia dan Eropa. Akan tetapi dapat sebagai ancaman juga apabila sedang bergejolak seperti saat ini. Dari sisi siklus rantai pasok, perang Russia dan Ukraina telah membawa pengaruh pada keamanan rantai pasok energi dan pangan di dunia. 

Keamanan energi dan pangan ini bukan perkara mudah dikendalikan dan dipersiapkan, karena membutuhkan waktu, kesiapan teknologi, dan yang paling utama adalah modal.

Saat ini yang menjadi dampak dari konflik tersebut adalah kenaikan harga minyak. Satu sisi harga minyak impor Indonesia terganggu, namun disamping itu Indonesia harus memanfaatkan nilai tambah dari ekspor yang besar juga untuk menyeimbangkan dan mengurangi defisit APBN untuk subsidi. 

Selain itu disinyalir bahwa memang Indonesia sudah produksi minyak yang besar namun karena grade minyak mentah Indonesia cukup tinggi makanya belum dapat diolah dengan teknologi yang ada, sehingga sebagian besar harus diekspor. Dengan adanya momen ini, maka Indonesia harus melakukan percepatan pengembangan industri refinery (permurnian) minyak mentah di Indonesia. 

Dengan demikian ancaman energi dapat teratasi. Demikian halnya dengan pangan, total ekspor seluruh komoditas dari Indonesia ke Ukraina sebesar 223,916 juta dollar AS atau setara Rp 3,2 triliun.  

Ini merupakan jumlah yang besar apabila terganggu. Ancaman kehilangan jalur logistic ini sangat mungkin terjadi. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya alternatif mencari pasar yang memungkinkan untuk menutupi kerugian tersebut.

Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mengantisipasi adanya dampak konflik Rusia-Ukraina di masa mendatang adalah dengan memperkuat pertahanan Indonesia dapat mengelola perbatasan, modernisasi alutsista, pengembangan SDM TNI/Polri dan juga Komponen Cadangan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Konflik rusia dan ukraina yang berlangsung saat ini sangat berpotensi menciptakan konflik baru dan juga potensi terjadinya perang dunia ketiga. Dengan melihat peran geopolitik rusia-ukraina terhadap keamanan rantai pasok kebutuhan pangan dan energi di Indonesia melalui ancaman, maka Indonesia harus menyiapkan diri untuk mencegah terganggunya keamanan nasional. 

Peran pemerintah Indonesia saat ini melalui peningkatan keamanan perbatasan, keamanan laut, pengembangan alutsista, dan pengembangan SDM pertahanan negara dinilai belum optimal. Perlu dukungan legislatif agar pemahaman dalam menjaga ketahanan nasional tersebut satu pemahaman dan memiliki terobosan. Sehingga Pertahanan Indonesia dapat terjaga dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun