Jessie menggigit bibirnya. Apakah yang dikatakan Niko ada benarnya. Manusia bisa saja berubah dalam jangka waktu setahun. Jangankan setahun beberapa jam kemudian sifat manusia bisa berubah. Tidak ada yang tahu bukan?
“Baiklah, kalau kamu sudah mengakui kesalahanmu. Aku memaafkanmu.” Sebenarnya Jessie terlalu berat dalam mengatakan hal itu. Tetapi bagaimanapun Niko sudah menyesali sifatnya yang pernah dilakukannya.
“Lalu…” Niko melanjutkan.
“Lalu? Apa maksudmu?” Jessie mengerutkan keningnya.
“Aku belum selesai berbicara. Kamu sudah memotongnya.” Niko melirik kesal kepada Jessie melalui kaca spionnya. Dia mengklakson mobil yang tiba-tiba saja memotong jalannya. “Itu mobil bodoh sekali, bisa memotong jalan seenaknya.” Niko menggerutu kesal kepada mobil yang baru saja memotong jalan. “Baiklah sampai mana kita tadi?”
“Lalu…” Jessie mengingatkan kata terakhir yang disebutkan oleh Niko beberapa menit yang lalu.
“Oh iya, lalu… kamu sekarang dengan siapa?” Niko mengembangkan senyumannya dengan sedikit terpaksa.
“Senyummu terlihat dipaksa sekali, Nik?” Jessie menepuk pelan pundak Niko. “Aku dengan Stefan, kami sudah tidak berpacaran. Kami sudah bertunangan.” Jessie mengucapkan kata bertunangan dengan tidak bersemangat seperti kebanyakan gadis yang lainnya. Hal ini membuat Niko memutar otaknya.
“Sepertinya ada sesuatu dengan kalian? Ada apa? Ah, maaf aku telah mencampuri urusanmu dengan Stefan.” Niko memandang cemas kepada Jessie melalui spion lagi.
“Tak apa. Hanya saja akhir-akhir ini aku dan dia sering bertengkar masalah sepele.” Jessie memperlihatkan jemarinya melalui spion, dia yakin Niko bisa memandang jarinya melalui pantulan kaca spion.
“Ada apa dengan jarimu? Semua tampak baik-baik saja.” Niko memperhatik lagi dengan seksama. Kali ini mereka berhenti di lampu merah yang masih menunggu 65 detik lagi.