Belakangan ini saya mulai banyak melihat orang-orang yang protes mengenai kampanye negatif.
“udah gerah gua buka fb isinya komentar politik yang saling menjelekkan semua!”“males lihat news feed karena isinya saling menyerang! Bibit-bibit perpecahan!”
“percuma saling menjelek-jelekan capres lawannya, toh friend di fb jg ga bakalan pindah hati!”
“seharusnya setiap kubu cukup saling membahas visi misi dan program-program yang akan dijalankan saja!”
Setidaknya itulah komentar-komentar yang sering saya lihat belakangan ini.
Apakah pendapat seperti itu salah? tidak juga, namun saya akan coba menyampaikan pendapat dari sudut pandang lain.
Sepanjang saya pernah mengikuti pilpres selama ini, menurut saya baru kali ini track record setiap capres di gembar-gemborkan sebegitunya.
Pada pemilu sebelumnya, memang benar bahwa setiap presiden hanya menyampaikan visi misinya dan para pengikutnya berbondong-bondong manut. Biasanya rakyat pun memilih sesuai partai pujaannya, bukan presidennya. Siapapun yang dicalonkan oleh partai tersebut, mereka pilih.
Nah, kebiasaan inilah yang masih terbawa pada sebagian besar orang, bahwa memilih presiden cukup dengan memilih mana yang visi dan misinya terbaik.
Tapi saya menyadari, bahwa visi misi tidaklah cukup!
Sudah berapa kali Indonesia berganti presiden? Apakah kita merasa pemerintahan selama ini sudah dipimpin oleh figur pemimpin yang tepat?
Semua presiden yang pernah menjabat sampai saat ini, kita pilih karena cantiknya visi dan misi mereka.
Bahkan jika saya ingat-ingat, saya pun tidak tahu pasti bagaimana rekam jejak dan prestasi dari presiden selama ini, sebelum mereka menjabat. Megawati, SBY, semua terpilih karena visi misi dan janji-janji cantik mereka.
Apakah kamu masih yakin Indonesia akan berubah jika kita hanya melihat dari visi dan misi seseorang?
Visi dan misi bisa dibuatkan oleh tim sukses, orasi yang keren bisa jadi dipengaruhi oleh talenta dan jam terbang tokoh tersebut, tapi belum tentu dia mampu menjalankan apa yang dia katakan.
Pemilu kali ini berbeda.
Saya sadar, bukan saya sendiri yang merasa demikian. Hal ini dapat terlihat dari hype yang ada mengenai pilpres 2014.
Pertama kalinya jumlah teman-teman saya yang golput menurun drastis.
Pertama kalinya keikutsertaan rakyat untuk menyampaikan pendapat begitu besar dalam pemilu. Entah itu pendapat baik maupun buruk.
Pertama kalinya WNI di luar negeri berbondong-bondong mendeklarasikan dukungannya secara publik dalam pemilu.
Pertama kalinya sumbangan rakyat untuk seorang capres bisa mencapai 35 Milyar!
Karena rakyat sadar bahwa orang yang bisa menjalankan visi misi dan ide-ide brilian yang ada, hanyalah orang yang sudah terbukti pernah menjalankannya walaupun dalam skala lebih kecil.
Karena itu rekam jejak capres sangatlah penting untuk dibuka. Rekam jejak seseorang akan membentuk karakter, pola pikir dan jiwa kepemimpinan dalam diri mereka.
Calon presiden kita saat ini hanya dua. Karena itu, publik pastinya akan menelanjangi semua aspek dari kedua calon tersebut.
Hal-hal yang buruk yang dibuka dari calon presiden inilah yang kita artikan dengan istilah kampanye negatif. Apakah itu salah?
Menurut saya tidak!
Rekam jejak tentunya mencakup prestasi maupun kegagalan dan kelemahan seseorang.
Ibarat istri, bagaimana mungkin kamu bisa memilih pasangan hidup jika kamu tidak mengetahui masa lalu dari pacarmu sebelum menikahinya?
Apa yang terjadi jika seorang paedofil yang baru keluar dari penjara, malah kamu pekerjakan menjadi guru TK?
Saya setuju bahwa kita harus bisa memaafkan masa lalu seseorang, tapi bukan berarti kita harus memberikan kepercayaan yang besar pada orang tersebut ketika ada pilihan yang lebih baik.
Jokowi dan Prabowo, keduanya memiliki rekam jejak yang berbeda.
Jokowi berasal dari warga sipil, rekam jejaknya sebagai pengusaha kemudian pindah haluan menjadi pemimpin daerah.
Banyak prestasi yang telah ia raih dari segi kepemimpinan dan pembangunan daerah.
Belum pernah saya temukan perbuatan tercela yang pernah ia lakukan sejak ia dikenal publik.
Prabowo berasal dari kalangan elit militer.
Prestasinya berasal dari kegiatan-kegiatan militer, perang, pembebasan tawanan, dan ia terbukti handal dalam memimpin pasukan.
Sayangnya ia pernah gagal dalam karirnya dalam militer. Kasus HAM 98 menjadi cela dalam hidupnya yang kini masih dimintai pertanggungjawaban oleh Komnas HAM.
Saran saya bagi para pendukung kedua kubu, jika kamu tidak suka pendukung sebelah berkampanye negatif tentang capres pilihanmu, jangan hanya membalasnya dengan kampanye negatif terhadap capres satunya. Imbangilah dengan kampanye positif mengenai rekam jejak dari capres dukunganmu.
Intinya kasih lihat gitu loh bahwa di masa lalu pun dia ada kelebihannya juga, dengan bobot yang seimbang. Kalau kamu sendiri bingung dan sadar lebih banyak buruknya, ga ngerti deh gue kenapa masih dipercaya?
Karena rakyat butuh dibukakan matanya, apa sih kehebatan para capres ini?
Misalnya, sebagai pendukung Jokowi, saya mengetahui banyak kekurangan Prabowo dari kampanye negatif yang ada.
Tapi tentunya saya kekurangan info tentang rekam jejak positif dari Prabowo.
Apa sih prestasi Prabowo? Coba dong dibagikan.
Cobalah dijelaskan, apakah Prabowo layak memimpin suatu negara? Kenapa? Apakah dia pernah berprestasi dalam memimpin daerah? bukan pasukan, bukan peperangan. Negara yang besar dan maju saat ini bukanlah negara yang terbukti jago perang karena banyak konflik bung.
Karena kekurangan informasi inilah saya tetap melihat kelebihan Jokowi jauh lebih banyak daripada Prabowo.
Sejauh ini kampanye negatif terhadap Jokowi masih bisa saya terima dengan nalar.
Segala kekurangan dari pribadinya maupun pekerjaan pemerintah yang ditangani olehnya masih bisa masuk di akal saya dan saya bisa mengerti alasan di baliknya.
Tetapi pada kampanye negatif untuk Prabowo hingga saat ini menurut saya belum ada jawaban yang memuaskan.
Karena itu, silakan bagi para pendukung kedua kubu, jika ada kampanye negatif, berikanlah penjelasan yang masuk akal kenapa hal tersebut bisa terjadi. Paling tidak supaya orang yang menyebarkannya dapat mengerti sisi lain di balik berita negatif tersebut. Seimbangkanlah dengan kampanye positif dari rekam jejak yang ada.
Bagaimana Menurut Kamu?
Apakah kamu setuju dengan kampanye negatif? Silakan tuliskan pendapat kamu di sini :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H