Mohon tunggu...
Ronald Dust
Ronald Dust Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Musik dan Jurnalis

Seniman Musik dan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Budaya Sawer di Semarang Rendah, Musisi Lokal Kurang Semangat

17 Agustus 2022   17:43 Diperbarui: 17 Agustus 2022   17:56 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota ini memiliki berbagai destinasi live music yang menarik untuk dikunjungi.

Kota Semarang juga memiliki musisi-musisi lokal yang cukup handal yang sering terlihat di resto, cafe, hotel, bar dan sebagainya.

Sayangnya, masyarakat Semarang kebanyakan tidak terlihat begitu memberikan apresiasi kepada musisi lokal, bahkan untuk sekedar bertepuk tangan.

Baca juga: Dewa 19 Sudah Mati

Ini terjadi di tempat-tempat yang dapat dikatakan 'mewah' sekalipun. Sebut saja seperti Tavern steak restaurant, Layang-Layang Kitchen and Rooftop Bar, lounge hotel Ciputra, hotel Tentrem, Pandawa cafe BSB City dan banyak lagi.

Dokpri
Dokpri

Tidak jarang grup musik yang sedang tampil tidak diperhatikan audiens. Sekali-kali audiens melirik ke arah stage musik lalu kembali bermain ponsel. 

Dari semua live music yang saya kunjungi, setiap tempat hanya satu-dua table saja yang terlihat menikmati musik, terkadang me-request lagu, ada juga yang ingin ikut bernyanyi di stage, mengambil foto grup musik di stage, terkadang bertepuk tangan sesekali. 

Jika melihat perjuangan para musisi lokal untuk performance live music, apresiasi yang mereka dapatkan dari audiens sangatlah tidak sebanding.

Tidak mudah menjadi musisi yang harus mempelajari banyak lagu dan memainkannya dengan benar. 

Dokpri
Dokpri

Benar bahwa mereka mendapatkan uang transport dan konsumsi dari pihak yang menyediakan tempat, tapi jumlahnya tidak seperti yang masayarakat bayangkan. 

Rata-rata mereka hanya mendapatkan 100 rb saja untuk satu kali tampil. Untuk musisi 'reguler', mereka biasanya hanya memiliki kesempatan 4-6 kali jadwal tampil per bulannya. 

Para musisi ini harus juga memikirkan biaya pemeliharaan biaya hidup, alat musik, kostum dan lain-lain. 

Itu sebabnya mereka sebetulnya sangat mengharapkan apresiasi dari para audiens berupa 'saweran', walaupun ada dari antara mereka yang tidak mengatakannya secara gamblang.

Dokpri
Dokpri

Tapi jangankan saweran uang tip, bahkan untuk bertepuk tangan saja masayarakat Semarang masih terlihat enggan. 

Ayo warga Semarang, jangan  malu jangan ragu! Apresiasi Anda bagi para musisi lokal yang sudah bekerja keras menghibur Anda sangat mereka butuhkan. 

Dukung musisi lokal di kota Anda!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun