Mohon tunggu...
Ronald Dust
Ronald Dust Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Musik dan Jurnalis

Seniman Musik dan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Dewa 19 Sudah Mati

22 April 2022   07:08 Diperbarui: 24 April 2022   14:25 2794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dewa 19 (sumber: akun Instagram @de19wa)

 

Penulis adalah seorang komposer dengan pengalaman 26 tahun, termasuk pengalaman bidang analisa vokal. Ketimbang menuliskan artikel ini berdasarkan opini semata, penulis menyertakan alasan-alasan akademik juga disini.

Siapa yang tidak tahu band legenda ini, Dewa 19. 

Lagu-lagu Dewa 19 sudah menemani keseharian kita selama 3 dekade, sejak release album pertama bernama Dewa 19 pada tahun 1992 yang di dalamnya terdapat lagu Kangen.

Ari Lasso adalah vokalis pertama Dewa 19. Pada tahun 2000-an posisi vokal berganti ke Once Mekkel.

Dewa 19 mengganti vokalisnya lagi baru-baru ini, kepercayaan ini diberikan kepada Ello dan Virzha. Apa yang membuat berbeda?

Segalanya. Ini membuat band tersebut kehilangan jati dirinya.

Tidak mudah bagi band yang sudah melegenda untuk menggantikan personilnya, apalagi jika personil tersebut adalah 'jiwa' dari band itu.

Sama seperti memasak, resep sama tapi beda tangan, hasilnya beda rasa. Tidak perduli apakah yang baru lebih bagus atau tidak, yang original akan tetap melekat di telinga para fans sejati.

Apa yang membuat Dewa 19 membunuh karakternya sendiri?

Dua vokal awal Dewa 19, Ari Lasso dan Once Mekkel, memiliki kesamaan yang menjadi kunci dari karya-karya band ini. Keduanya memiliki berat vokal yang disebut dengan Lyrical. 

Vokal jenis ini mampu memainkan range nada yang tinggi (Tenor bagi pria), sekitar not A4 ke E5 (extension). Vokal lyrical memiliki ciri khas yang kalau orang Indonesia sebut "tipis melengking".

Selain bermain-main di range nada yang tinggi, lagu-lagu Dewa 19 juga dikenal dengan kerapatan nada dan legato-nya yang membutuhkan kekuatan nafas tingkat 'dewa', karena dimainkan di wilayah nada-nada tinggi.

Dalam teknik vokal ada yang disebut dengan Mode Vokal, gaya bernyanyi. Ari Lasso dan Once memiliki gaya bernyanyi yang disebut dengan Overdrive. 

Singkat cerita, mode vokal kedua penyanyi ini membuat artikulasi mereka menjadi jelas. "A" ya dilafalkan "A".

Lirik-lirik Dewa 19 yang dikenal puitis pun menjadi sangat cocok dibawakan, setiap katanya diucapkan dengan jelas dan maknanya menjadi tegas. Musik Dewa 19 pun menjadi jelas warnanya, Pop-Rock.

Selain itu, baik Ari Lasso maupun Once, vokal mereka karakter yang kuat dan berciri khas. Karena sudah berpuluh tahun lamanya, karakter vokal mereka berdualah yang menjadi 'simbol' dari karya-karya lagu Dewa 19. 

Ketika Dewa 19 menggantikan Ari Lasso dengan Once, tidak ada perubahan yang signifikan. Dewa 19 tetap mereka dengan kekuatan yang sama. Mereka mengalahkan band legendaris asal US, Journey. 

Ketika Steve Perry digantikan dengan profil vokal yang tidak jauh berbeda, yaitu Arnel Pineda, band ini tampaknya tidak mampu mempertahankan image band mereka.

Bagaimana jika Ari Lasso dan Once digantikan dengan Ello dan Virzha?

Sudah jelas bahwa Ello dan Virzha memiliki profil vokal yang sangat berbeda dari warna Dewa 19 sesungguhnya. 

Ello memiliki berat vokal Spinto (tidak tipis tidak tebal) dan range-nya lebih rendah ketimbang seorang lyrical. Mungkin nada tertinggi paling nyaman sekitar not A4. Ia memiliki kebiasaan menggunakan ornamen RnB pada vokalnya.

Ketika membawakan lagu-lagu lama Dewa 19, terlihat ia harus menurunkan key dan banyak part yang terputus, seperti menyanyikan 'setengah panjang' saja. Tapi Ello mampu bernyanyi secara lepas, overdrive. 

Lain halnya dengan Virzha, ia sering menggunakan mode curbing, seperti menahan-nahan napas di dada ketika bernyanyi. Vokalnya parau, sedikit tebal tapi rapuh (airy). Range vokalnya tidak jauh berbeda dengan Ello. Posisi mulutnya sering agak 'tertutup' sehingga artikulasinya tidak sejelas Ari, Once dan Ello. "A" bisa menjadi "eu" (seperti Armand Maulana), semacam itulah. 

Warna Pop-Rock masih bisa jelas dengan Virzha di dalam band. Namun dengan kehadiran Ello, warnanya bisa menjadi sedikit pop, sedikit RnB, sedikit Rock, sedikit-sedikit (rancu untuk genre).

Lalu apakah Ello dan Virzha lebih buruk ketimbang dua seniornya, Ari Lasso dan Once? 

Tentu saja tidak.

Hanya saja Dewa 19 sudah mati, ia adalah suatu hal yang baru sekarang.

Dewa 19 saat ini seperti band cover ketika membawakan lagu-lagunya sendiri, sama hal-nya ketika Myles Kennedy menyanyikan lagu-lagu Guns 'n Roses dengan Slash.

Dewa 19 juga menjadi seperti anak remaja yang sedang mencari jati dirinya ketika mencoba lagu-lagu barunya.

Permainan gitar apik Andra juga sudah banyak berubah.

Dewa 19 bukan lagi band dengan image pioneer, Dewa sudah mati.

Catatan: Sebetulnya dulu (kalau tidak salah) nama Dewa 19 telah berganti menjadi Dewa saja ketika ada Once. Tapi karena fans sudah terbiasa dengan 19-nya, maka band ini sering tetap disebut Dewa 19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun