Mohon tunggu...
Ronald Dust
Ronald Dust Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Musik dan Jurnalis

Seniman Musik dan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hentikan, Ayah..! (Bagian 4 - Tamat)

7 April 2017   01:19 Diperbarui: 7 April 2017   09:00 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sambungan dari bagian 3

Ok Pri! Besok saya resign dari kantor dan restoran..!

Hawanya panas sekali di Riau dan rasanya jauh dari mana-mana. Buah-buahan hasil panen sudah dimuat semua. Jefri ditemani dua orang kernet yang baru ia kenal. Yang berambut gondrong namanya Kodir, yang ada tato burung walet di tangan namanya Burhan. Mereka berdua terlihat sopan dan ramah. Jefri dan dua orang teman barunya itu berangkat dari Riau pada saat subuh sekitar jam setengah 5.

Perjalanan diprediksi akan memakan waktu 6-7 hari. Semuanya normal-normal saja. Mereka bertiga bersenda-gurau, mengobrol tentang ini-itu selama perjalanan. Sesekali Kodir meminta Jefri menepi agar dia bisa menerima telepon di pinggir jalan menjauh dari Jefri, seolah percakapannya tidak ingin di dengar.

Setelah menyebrang dari pelabuhan Bakauheni, Lampung. Kodir memberi tahu Jefri bahwa mereka diperintahkan untuk mampir terlebih dahulu ke Jakarta. “Ada surat-surat yang belum lengkap dan harus diselesaikan dulu..” kata Kodir.

Oh, mungkin saya bisa lihat keadaan Sarah dulu sebentar..” Jefri berharap dalam hati.

Tiba di sebuah gudang yang besar dan terlihat tidak terawat, Jefri terkejut karena Kodir dan Burhan disambut bak pahlawan oleh segerombolan orang-orang yang..... yang terlihat seperti preman pasar dan......... dan........ mereka semua bersenjata!!

Jefri digiring ke sebuah rumah dua lantai.

Ini sisa upah kamu Jef, Rp. 15 juta.. tugas kamu selesai.” kata Kodir sambil tersenyum lebar.

Lho..?! Tapi kita harus bongkar muatan di Priok..” Jefri keheranan. Mengapa perjalanan berakhir di sini dan untuk apa senjata-senjata itu..??

Ya, ga apa-apa, biar kami urus selanjutnya nanti. Kamu kan harus ke RS lagi.

Jefri mengangguk setuju setengah tidak percaya. Ia pun bersiap hendak ke RS menemui Sarah. Tapi belum selesai menuruni anak tangga, tiba-tiba semua orang di dalam rumah itu mengambil senjata mereka dan berlarian menuju jendela-jendela yang sebagian besar sudah dilapisi papan-papan tebal. “Ada apa ini..!?!” ujar Jefri sambil ikut merunduk di salah satu kolong meja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun