Mohon tunggu...
Ronald Dust
Ronald Dust Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Musik dan Jurnalis

Seniman Musik dan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hentikan, Ayah! (bagian 3)

6 April 2017   22:56 Diperbarui: 7 April 2017   08:30 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pics4learning.com | Design: ronaldhutasuhut.com

Sambungan dari bagian 2

Ayah, bangun..!!” Ervina sedikit berteriak membangunkan Jefri. “Sarah, yah.. dia baru muntah dan panasnya tinggi lagi.

Jefri langsung bergegas menabrak apapun di depannya menuju kamar Sarah. Dalam kondisi setengah sadar, Jefri berpikir keras untuk menentukan tindakan selanjutnya.

Kita harus bawa Sarah ke Rumah Sakit!” Jefri tidak punya uang banyak, tapi ia mengatakan apapun yang terjadi, yang penting Sarah dapat perawatan dulu di Rumah Sakit. Mereka lalu membawa Sarah ke Rumah Sakit menggunakan taksi.

Saat itu jam 3 pagi, RS Pondok Sehat sedang tidak terlalu ramai. Para petugas langsung mengantar Sarah ke dalam. Di sana ada beberapa pasien lain yang baru mengalami kecelakaan dan seorang nenek yang baru jatuh di kamar mandi.

Pak Joko, bos Jefri, belum pulang dari Jepang. Jefri harus memikirkan cara lain mendapatkan pinjaman uang. Dokter jaga mengatakan Sarah tidak boleh pulang dulu, ia harus menjalankan rawat inap. Kelas 3 sudah penuh, terpaksa Jefri memilih kamar kelas 2 yang isinya 4 pasien.

Ndro! Kemana ya cari pinjeman? Anak saya di opname di RS Pondok Sehat, panasnya tinggi. Kata dokter takutnya gejala demam berdarah

Di ujung suara telpon terdengar Andro menjawab “Baru jam 5 pagi nih Jef. Nanti kalau udah agak terang kita temuin pak Ben dulu deh..”. Jefri agak ragu menemui pak Ben. Mungkin pak Ben masih marah karena laptopnya rusak, pikir Jefri.

Ok! Yang penting dirawat dulu. Nanti biayanya sebagian saya transfer, sisanya saya ambil dari dana sosial kantor.” Rupanya pak Ben sudah tidak marah, Jefri sangat bersyukur dan masih menyesal telah merusak laptop pak Ben.

Sudah satu hari satu malam Sarah di RS. Dokter Budi menemui Jefri dan Ervina, ia mengatakan bahwa Sarah mengalami gejala Meningitis. “Kelihatannya sudah sedikit parah. Harus mendapatkan perawatan secara intensif” Kata dokter Budi. Sarah diberikan obat melalui cairan infus, matanya terpejam dan tubuhnya lemah terbaring. Mata Jefri berkaca-kaca tak kuasa menahan haru melihat putri kesayangan satu-satunya itu tergeletak tak berdaya. Ervina mungkin terlihat lebih tabah, namun hatinya menangis begitu hebat.

Jefri harus tetap bekerja karena ia akan membutuhkan banyak uang untuk biaya rumah sakit. Ia harus berusaha mendapatkan pekerjaan tambahan di malam hari. “Uang gaji pasti dipotong dan bayar pinjaman dari teman!” Jefri berpikir keras.

...........

Ke.. kepalaku sakit sekali bu. Ayah mana..?” Sarah merasakan sakit kepala yang hebat dan ia merasa lehernya sulit sekali digerakkan. Sambil berkaca-kaca Ervina memberitahu Sarah bahwa sekarang ayahnya itu harus kerja malam juga. “Kamu jangan khawatir sayangku, setiap malam ayah tidur disini kok jagain kamu”.

Jefri mendapatkan pekerjaan tambahan di bagian dapur sebuah restoran Chinese Food. Tugasnya adalah membersihkan peralatan makan para pengunjung. Setelah selesai di kantor jam 5 sore, Jefri hanya beristirahat satu jam untuk kemudian lanjut bekerja di restoran milik kenalan pak Ben. Jefri selesai bekerja jam 10 malam dan kembali ke RS untuk tidur di lantai kamar RS dimana sarah di rawat. Untung saja kantor memberikan keringanan, Jefri boleh masuk kerja jam 9 pagi.

Lumayan, bisa dapat uang tambahan untuk biaya perawatan Sarah”.

Kondisi Sarah membuat Jefri menjadi berbeda. Ia sering tidak fokus kepada keadaan sekitar karena teringat masa-masa kecerian Sarah. Tapi semua orang bisa memaklumi keadaan Jefri, malah orang-orang sering menghibur dan menasihati Jefri.

10 hari sudah Sarah dirawat, namun belum tampak ada kemajuan dengan kondisi Sarah. Sakit kepalanya semakin parah, Sarah sering meneteskan air mata menahan rasa sakit dikepala dan lehernya, apalagi ketika ia pingin muntah.

Penderitaan keluarga Jefri berlanjut..

Pak Jefri, Ny. Ervina, hasil pemeriksaan yang kemarin menunjukkan penyakit yang diderita Sarah sudah menyerang otak” Dokter Budi menjelaskan kondisi terbaru Sarah. “Itu sebabnya kepala Sarah sakit dan ia sulit menterjemahkan informasi yang kita berikan”. Tidak ada pilihan lain, Sarah harus segera ditangani di ruangan ICU. Sarah akan dipindah sore ini juga!

Aa.. apa kemungkinan terburuknya dok?” tanya Jefri.

.........” Dokter Budi terlihat sedang berpikir. Bukan berpikir mengenai jawabannya, dokter Budi sedang memikirkan cara menyampaikan jawabannya kepada orang-tua Sarah.

... sementara ini Sarah terancam mengalami kerusakan otak permanen...” Dokter Budi langsung berpamitan. Informasi dokter Budi sontak membuat Jefri dan istrinya menangis. Mereka berpelukan sambil berusaha saling menenangkan. Jefri merasa ada sesuatu yang disembunyikan dokter Budi, tapi apapun itu, Jefri tidak berani bertanya lagi.

Jefri diminta untuk menemui bagian keuangan RS. Seolah belum cukup penderitaan keluarga Jefri, pihak RS meminta Jefri menandatangani surat perjanjian membayar biaya rumah sakit. Saat ini total biaya perawatan Sarah sudah mencapai Rp. 32 juta, belum termasuk biaya perawatan di ICU nanti.

32 juta..!?! darimana mencari uang sebanyak itu.....

Gaji Jefri di kantor ditambah penghasilan bekerja di restoran tidak cukup. Jefri tidak dapat mengandalkan pak Ben lagi. Pak Ben sudah mengatakan bahwa perusahaan sedang berusaha menerima peralatan berat impor dari Jepang, sementara proses produksi sedang mengalami kelambatan. Keluarga dan teman-teman Jefri pun hanya bisa mengumpulkan sekedarnya untuk biaya harian. Jefri harus segera mencari uang cepat. Tapi bagaimana..?

Apa yang harus saya lakukan..?” pikir Jefri dalam hati.

...........

Jefriii.....!

Jantung Jefri terasa mau copot melihat kedatangan teman lamanya sewaktu di SMA dulu. Priyatno mengunjungi Jefri di restoran tempat Jefri bekerja. Tampilan Priyatno sangat rapi, necis. Mungkin ia sekarang sudah menjadi pengusaha sukses.

Pri..!! Apa kabar..?

Baek aja Jef. Gua denger kabar tentang anak lu dari si Andro, makanya gua ke sini mau liat..

Jefri langsung menceritakan semua tentang kondisi Sarah dan kemampuan keuangannya. Memang rejeki dari mana saja datangnya. Priyatno menawarkan sebuah pekerjaan kepada Jefri. Tugasnya hanya mengambil hasil panen buah-buahan dari Riau dan mengantarkannya ke Tanjung Priok. Jefri ditawari Rp. 25 juta untuk mengendarai truk buah dari Riau ke Tanjung Priok; 10 Juta dibayar dimuka dan sisanya dibayarkan nanti di Priok.

Tak banyak pikir lagi, Jefri langsung menerima tawaran Priyatno. Jefri punya SIM B1 yang masih aktif.

Ok Pri! Besok saya resign dari kantor dan restoran..!

Bersambung ke bagian 4 (tamat)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun