Mohon tunggu...
Ronald Dust
Ronald Dust Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Musik dan Jurnalis

Seniman Musik dan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hentikan, Ayah! (bagian 3)

6 April 2017   22:56 Diperbarui: 7 April 2017   08:30 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pics4learning.com | Design: ronaldhutasuhut.com

32 juta..!?! darimana mencari uang sebanyak itu.....

Gaji Jefri di kantor ditambah penghasilan bekerja di restoran tidak cukup. Jefri tidak dapat mengandalkan pak Ben lagi. Pak Ben sudah mengatakan bahwa perusahaan sedang berusaha menerima peralatan berat impor dari Jepang, sementara proses produksi sedang mengalami kelambatan. Keluarga dan teman-teman Jefri pun hanya bisa mengumpulkan sekedarnya untuk biaya harian. Jefri harus segera mencari uang cepat. Tapi bagaimana..?

Apa yang harus saya lakukan..?” pikir Jefri dalam hati.

...........

Jefriii.....!

Jantung Jefri terasa mau copot melihat kedatangan teman lamanya sewaktu di SMA dulu. Priyatno mengunjungi Jefri di restoran tempat Jefri bekerja. Tampilan Priyatno sangat rapi, necis. Mungkin ia sekarang sudah menjadi pengusaha sukses.

Pri..!! Apa kabar..?

Baek aja Jef. Gua denger kabar tentang anak lu dari si Andro, makanya gua ke sini mau liat..

Jefri langsung menceritakan semua tentang kondisi Sarah dan kemampuan keuangannya. Memang rejeki dari mana saja datangnya. Priyatno menawarkan sebuah pekerjaan kepada Jefri. Tugasnya hanya mengambil hasil panen buah-buahan dari Riau dan mengantarkannya ke Tanjung Priok. Jefri ditawari Rp. 25 juta untuk mengendarai truk buah dari Riau ke Tanjung Priok; 10 Juta dibayar dimuka dan sisanya dibayarkan nanti di Priok.

Tak banyak pikir lagi, Jefri langsung menerima tawaran Priyatno. Jefri punya SIM B1 yang masih aktif.

Ok Pri! Besok saya resign dari kantor dan restoran..!

Bersambung ke bagian 4 (tamat)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun