Mohon tunggu...
Ronald Dust
Ronald Dust Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Musik dan Jurnalis

Seniman Musik dan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Duo Ratu Jurnalistik Mematahkan Sistem Debat Pemilu

3 April 2017   03:03 Diperbarui: 4 April 2017   18:23 3199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: clipartpanda.com

Contoh yang paling sederhananya adalah isu perumahan rakyat.

Ahok menjelaskan program pembangunan rumah susun atau apartemen bagi masyarakat yang sudah berkeluarga; ia juga menjelaskan akan membantu masyarakat yang belum berkeluarga untuk membeli rumah di pinggiran Jakarta. Tidak ada tanggapan yang terlalu serius dari Anies mengenai program Ahok ini.

Anies menjelaskan programnya yang berlabel Rumah DP 0%. Program ini populer sekali di tengah masyarakat. Anies dapat dengan leluasa menjelaskan lebih rinci mengenai gagasan DP 0%, didapatkanlah pemaparan yang menunjukkan bahwa Anies ingin berperan sebagai semacam broker yang mempertemukan pembeli dan penjual rumah dengan harga dibawah 500 juta; lalu ia akan membayarkan DP-nya sehingga pembeli tidak perlu membayar DP.

Ahok lalu mengkiritisi dengan menjelaskan kalau ada sekian yang membutuhkan DP berarti pemprov bisa bangkrut.

Proses dialog tersebut berjalan dengan lancar dan terasa natural. Masyarakat pun menjadi lebih paham makna DP 0% tersebut (dilihat dari respon netizen di media sosial).

Jika menggunakan sistem debat KPU, beradu gagasan seperti di atas tidak terjadi. Masing-masing peserta debat hanya memaparkan programnya, dan ketika ditanggapi, semuanya terbatasi waktu sehingga masyarakat sulit memahami program siapa yang lebih baik.

Acara debat tersebut tidak terlepas juga dari keahlian sang ratu jurnalistik, Najwa Shihab. Beliau tahu persis apa yang harus ditanyakan, kapan dan bagaimana pembicaraan peserta debat harus dihentikan secara adil.

Rosi menggelar acara debat serupa pada program ROSI & Kandidat Pemimpin Jakarta tanggal 2 April 2017. Perdebatan tidak terjadi karena pada saat-saat terakhir sebelum acara dimulai pihak Anies membatalkan kehadiran mereka.


Sistem yang ditawarkan Rosi tidak akan berbeda jauh dengan Najwa karena latar-belakang mereka adalah jurnalistik dan keduanya termasuk yang terbaik yang dimiliki Indonesia. Sebagai jurnalis mereka pasti memahami bahwa diperlukan waktu yang cukup untuk mengorek informasi dari pembicara. Mungkin Rosi perlu mengkonfirmasi lebih lanjut mengenai sistem debat yang beliau tawarkan.

Yang menarik adalah program tersebut tetap dilanjutkan. Walaupun dengan format yang berbeda, tetapi masyarakat mendapatkan pelajaran. Sebenarnya, jika peserta debat berkeberatan terhadap sesuatu, seperti keberatan dengan tanggapan lawan atau pertanyaan moderator dalam debat, maka peserta dapat meninggalkan meja debat tanpa harus menunjukkan emosi berlebihan atau untuk menghindari debat kusir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun