Tell me and I forget, teach me and I may remember, involve me and I learn – Benjamin Franklin
Benjamin Franklin (1706-1790) adalah salah satu tokoh revolusi Amerika. Ia adalah salah satu pendiri negara Amerika Serikat, the founding fathers of the United States. Ben juga dikenal sebagai seorang penulis, ilmuwan, dan diplomat.
Salah satu quote Pendidikan Ben yang terkenal dan diaplikasikan guru-guru sekolah di US berbunyi:
“Tell me and I forget, teach me and I may remember, involve me and I learn”
Ungkapan tersebut menyimpan makna yang dalam dan merupakan paradigma mengajar yang bermanfaat. Dalam bahasa Indonesia, arti dari kutipan tersebut adalah:
“Beritahu saya dan saya lupa, ajari saya dan mungkin saya akan ingat, libatkan saya dan saya belajar”
Makna dari ungkapan tersebut bisa dijelaskan seperti “Beritahu saya maka akan saya lupakan, ajari saya maka mungkin saya akan ingat, libatkan saya dan saya akan belajar”.
Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata ungkapan tersebut bukan merupakan pemikiran asli dari Ben. Ini adalah tafsiran Ben terhadap filsafat tiongkok kuno. Banyak sumber mengatakan Ben mengadopsi pemikiran seorang filsuf tiongkok aliran konfisius bernama Xun Kuang (312-230 SM).
Pemikiran-pemikiran Xun Kuang dituliskan ke dalam suatu seri buku bernama “Xunzi” yang berjumlah 32 buku oleh Liu Xiang (diterbitkan sekitar tahun 818 M). Buku ke-8 seri Xinzu diberi judul “Ruxiao” yang artinya kira-kira “Pengajaran oleh Ru”. Pada BAB 11 buku ke-8 terdapat ungkapan Xun Kuang yang berbunyi:
“Not having heard something is not as good as having heard it; having heard it is not as good as having seen it; having seen it is not as good as knowing it; knowing it is not as good as putting it into practice.” (terjemahan John Knoblock).
Ungkapan Xun Kuang tersebut dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:
“Tidak mendengarkan sesuatu tidak sebaik mendengarkannya; mendengarkannya tidak sebaik melihatnya; melihatnya tidak sebaik mengetahuinya; mengetahuinya tidak sebaik melakukannya”.
Ben menafsirkan ungkapan Xun Kuang tersebut dengan ungkapan yang banyak dikutip para praktisi pendidikan.
Masuk ke dalam wilayah budaya Indonesia, ungkapan ini bermakna bahwa mengajarkan sesuatu tidak cukup hanya dengan memberitahu melainkan harus disertai dengan kegiatan praktek. Tidak hanya memberikan teori tetapi juga melibatkan murid dalam kegiatan praktek. Dapat diartikan juga bahwa murid tidak cukup hanya mengetahui sesuatu melainkan harus memahami juga.
Pendidikan di Indonesia memiliki semboyan “Tut Wuri Handayani” yang dicetuskan oleh tokoh pahlawan Ki Hajar Dewantara. Secara lengkap semboyan ini dituliskan sebagai berikut:
“Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”
Artinya adalah “Di depan guru menjadi teladan yang baik. Di tengah murid, guru harus kreatif. Di belakang, guru harus bisa memberikan dorongan”. Semboyan ini mencerminkan sosok guru yang ideal.
Jadi jika ungkapan Ki Hajar Dewantara mencerminkan sosok guru yang ideal, maka ungkapan Ben dan Xun Kuang adalah paradigma mengajar bagi guru.
“Tell me and I forget, teach me and I may remember, involve me and I learn”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H