“Tidak mendengarkan sesuatu tidak sebaik mendengarkannya; mendengarkannya tidak sebaik melihatnya; melihatnya tidak sebaik mengetahuinya; mengetahuinya tidak sebaik melakukannya”.
Ben menafsirkan ungkapan Xun Kuang tersebut dengan ungkapan yang banyak dikutip para praktisi pendidikan.
Masuk ke dalam wilayah budaya Indonesia, ungkapan ini bermakna bahwa mengajarkan sesuatu tidak cukup hanya dengan memberitahu melainkan harus disertai dengan kegiatan praktek. Tidak hanya memberikan teori tetapi juga melibatkan murid dalam kegiatan praktek. Dapat diartikan juga bahwa murid tidak cukup hanya mengetahui sesuatu melainkan harus memahami juga.
Pendidikan di Indonesia memiliki semboyan “Tut Wuri Handayani” yang dicetuskan oleh tokoh pahlawan Ki Hajar Dewantara. Secara lengkap semboyan ini dituliskan sebagai berikut:
“Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”
Artinya adalah “Di depan guru menjadi teladan yang baik. Di tengah murid, guru harus kreatif. Di belakang, guru harus bisa memberikan dorongan”. Semboyan ini mencerminkan sosok guru yang ideal.
Jadi jika ungkapan Ki Hajar Dewantara mencerminkan sosok guru yang ideal, maka ungkapan Ben dan Xun Kuang adalah paradigma mengajar bagi guru.
“Tell me and I forget, teach me and I may remember, involve me and I learn”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H