Mohon koreksi jika saya salah memahami program SLC, namun berdasarkan hal-hal tersebut di atas ijinkan saya memberikan masukan.
Yang harus ditingkatkan dari guru-guru di Indonesia adalah kualitas mengajar, ini berhubungan dengan pengetahuan, mental dan metode mengajar mereka. Menggunakan teknologi adalah kewajiban seluruh pihak dalam keseharian dan dunia kerja mereka. Tapi guru tetap harus fokus kepada bidang ilmu pengetahuan yang mereka ajarkan.
Membuat program e-learning selalu harus disertai developer/programmer, dalam hal ini web developer. Ini adalah pekerjaan kolaborasi guru-programmer. Maka misi yang dijalankan seharusnya bukan memberikan guru pelatihan menggunakan e-learning, gadget atau tablet; berikan saja mereka manual book untuk keperluan itu.
Kegiatan yang dilakukan SLC akan jauh lebih bermanfaat jika Samsung dapat membiayai pengembangan aplikasi-aplikasi pendidikan yang dilakukan oleh programmer dan guru. Aplikasi-aplikasi pendidikan inilah yang di-install pada gadget untuk kemudian digunakan guru-siswa pada proses belajar-mengajar mereka. Atau tidak perlu di-install, tampilkan saja sebagai web app, semua orang bisa menggunakan aplikasi tersebut, sama seperti yang dilakukan dunia Pendidikan barat.
Sepanjang yang saya tahu, program-program e-learning di barat tidak dilakukan pendidikan-pendidikan umum seperti public school, yang banyak menggunakan program e-learning adalah lembaga-lembaga pendidikan swasta dan/atau lembaga-lembaga kursus; bisa berupa inisiatif individu-individu ata kelompok tertentu juga selain lembaga.
Ketimbang mengajarkan guru menggunakan e-learning, blog atau teknologi lain, adalah lebih baik memberikan bantuan berupa tenaga ahli IT (dan perlengkapannya) untuk memanfaatkan pengetahuan guru mengembangkan metode-metode mengajar.
Berikut kutipan mengenai aplikasi pendidikan dari artikel saya:
***
Mr. Lee, saya sangat memahami unsur komersil SLC, tapi memberikan perhatian terhadap dunia Pendidikan di Indonesia memerlukan pemikiran yang kritis. Bidang Pendidikan kami dibayangi masalah-masalah non-pendidikan seperti korupsi dan tidak meratanya pembangunan. Saya sangat mengharapkan swasta agar berpikiran kritis juga menangani masalah pendidikan di Indonesia.
Terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H