Mohon tunggu...
Ronald Dust
Ronald Dust Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Musik dan Jurnalis

Seniman Musik dan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan - Meruntuhkan Dinding

10 Maret 2017   12:47 Diperbarui: 10 Maret 2017   12:53 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita masih sering mendengar bangunan-bangunan sekolah yang tidak layak bahkan ada yang ambruk. Kalau Anda berkunjung ke sekolah-sekolah swasta atau sekolah TOP di kota besar, Anda akan melihat siswa/i belajar di ruangan yang baik, ventilasi yang cukup dan udara segar, ada juga yang ber-AC, lapangan olahraga, lapangan upacara, lantai yang bersih dan segala kenyamanan yang bisa didapatkan di sekolah.

Jangankan ruangan perpustakaan dan PMR/UKS, untuk satu kelas saja terkadang siswa/i harus ‘ditumpuk’ di sekolah-sekolah seadanya.

Ini bukan keadilan sosial.

Saya pernah sampaikan sebuah gagasan untuk memproduksi buku-buku pelajaran resmi yang murah-meriah. Ini bisa sangat membantu siswa/i di sekolah dengan bangunan yang tidak layak. Jangan sampai siswa/i jatuh ketimpa tangga, sudah belajar di tempat kumuh.. tidak dapat ilmu pengetahuan pula.

Inti dari Pendidikan adalah mengamalkan ilmu pengetahuan. Maka lakukanlah yang kita bisa untuk memberikan ilmu pengetahuan tersebut. Jangan larut dalam perasaan yang membanding-bandingkan bangunan sekolah. Jangan juga lupa tugas mengamalkan ilmu pengetahuan karena kondisi bangunan sekolah. Sebelum Kemendikbud benar-benar mau melaksanakan pemerataan fasilitas dan kualitas sekolah, kita tidak boleh menyerah mengajar. Kita juga harus senantiasa menyemangati siswa/i.

***

Untuk siswa/i di bangunan sekolah yang tidak memadai, hal yang bisa dilakukan sementara adalah mengabaikan bangunan sekolahnya. Bagi yang bangunan sekolahnya membahayakan keselamatan seperti atap mau rubuh, hindari saja bangunan tersebut.

Cari posisi di luar ruangan di sekitar sekolah yang kira-kira cukup untuk semua siswa/i. Ambil peralatan menulis masing-masing dan pindahkan papan tulisnya juga. Belajar di ruangan terbuka dengan suasana alam sering menjadi lebih baik bagi kita untuk menangkap pelajaran.

Selama guru bisa berinisiatif untuk membawa suasana positif kegiatan belajar-mengajar, proses pendidikan akan berhasil dimanapun kita melakukan kegiatan belajar-mengajar.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan di ruangan terbuka selama kegiatan belajar. Carilah kegiatan-kegiatan yang membuat siswa/i menjadi aktif. Sesekali jadikan mereka alat peraga.

Sedikit contoh, misalnya pelajaran Sosial dimana siswa harus bisa membedakan mana perbuatan yang baik mana yang tidak. Ambil beberapa anak untuk memerankan beberapa karakter; seperti ada yang sakit, ada kelompok yang bermain dan yang satu memisahkan diri, ada yang menjadi orang-tua yang mau menyebrang dan sebagainya.

Untuk mempelajari peristiwa sejarah, minta anak-anak memerankan tokoh-tokoh dalam peristiwa tersebut dan guru memanfaatkan peran-peran tadi sebagai alat peraga untuk bercerita.

Misalnya lagi dalam mempelajari materi bangun ruang pelajaran Matematika, minta beberapa anak membentuk bangun ruang 2D, setiap anak diberikan ‘nomor sudut’, dari anak yang satu ke yang lain diberikan ukuran jarak, bisa juga memberikan setiap anak ukuran sudut sekian derajat. Aktifitas ini bisa membantu anak-anak memahami bangun ruang sekaligus menghapal rumus-rumus dengan mudah. Setelah melakukan aktifitas ini mintalah anak-anak menggambarkan apa yang baru mereka lakukan.

Untuk mempelajari Lingkaran, minta anak-anak mengatur posisi duduk mereka membentuk lingkaran dan mulailah bercerita.

Metode belajar di ruangan terbuka menuntut kreatifitas guru yang mengajar. Banyak sekali contoh aktifitas yang bisa dipikirkan, tergantung materi pelajarannya.

Artikel ini untuk turut menyemangati perjuangan guru dan siswa/i yang tidak memiliki bangunan sekolah layak dan tidak punya fasilitas memadai.

Bisa sampai tua menunggu kehadiran bantuan uang membangun sekolah. Lebih baik guru-guru dan muridnya menggunakan apa yang ada dengan semangat dan yang terbaik dari diri kita. Kepala sekolah berjuanglah lebih keras mendapatkan bantuan.

***

Kepada Kemendikbud, buatkanlah buku-buku metode mengajar dan bagikan ke seluruh sekolah, jika tidak ada anggaran untuk membangun sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun