Dalam ketidakpercayaan beni berdiri, matanya menatap celah luar ruang yg nampak gelap, gelap sempurna menguasai malam, malam yg akan panjang tanpa harapan...
Hatinya tak menentu,iia mencoba menenangkan diri tapi nihil...
hingga pagi menyapa beni blm menemukan tidur,iia hanya memejamkan mata dengan kenangan yg terus membayang
Beni menguatkan dirinya memanggil petugas,
"Ada apa ben,kamu kliatan pucat?"
tanya petugas polisi
"Saya minta izin melayat ke teman saya pa,kemarin dapet kabar duka" suara beni pelan meminta izin
"Boleh Ben, harusnya kamu di izinkan pulang hari ini,tapi semalam pa Robi menelfon kembali untuk tetap menahan beni selama 1 Minggu,nanti isi formulir,saya ambilakan dlu" jawab petugas polisi dengan tegas
"trimakasih pa" beni merasa lega setelat mendapat izin,hatinya mulai membaik,setidaknya iia bisa memberikan penghormatan terakhir kepada sahabatnya,tapi di sisi lain ia mempertanyakan sikap ayah beni.
Di rumah duka beni bertemu adam,melani,resha,dan beberapa teman sekelasnya,pandangan beni tertahan lama pada sosok andre yg di gandeng resha,
"Sempurna,andre selalu bisa menutupi dan menghapus jejak kejahatannya, Itu jelas iia lakukan semasa di bangku SMA,selalu beni dan akbar yg di pandang salah oleh guru apabila memiliki masalah dengan andre,"
pikir beni dalam hati
Melani mendekat dan menarik beni mencoba mengalihkan fokus beni pada andre,
"Lihat ben,sudah jelas klo perkelahian akan berakhir dengan duka dan luka,"
bisik melani