Mohon tunggu...
Romzy Putra
Romzy Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya suka sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Konflik Sambas 1999: Latar Belakang, Kerusuhan, dan Upaya Perdamaian

16 Desember 2024   19:32 Diperbarui: 16 Desember 2024   19:32 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konflik Sambas 1999

Pada tahun 1999, terjadi satu peristiwa kelam di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat, yakni kerusuhan yang melibatkan Suku Madura dan Melayu. Kejadian ini memunculkan rasa ketakutan dan trauma yang mendalam tidak hanya bagi mereka yang terlibat langsung, tetapi juga bagi masyarakat yang menjadi saksi bisu peristiwa tersebut. Artikel ini mencoba menggali lebih dalam tentang latar belakang dan kronologi kerusuhan yang terjadi, dampak bagi masyarakat setempat, dan upaya perdamaian yang dilakukan.  

Latar Belakang  

Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki keanekaragaman etnis yang sangat tinggi. Masyarakat di wilayah ini berasal dari berbagai etnis seperti Dayak, Melayu, Tionghoa, Madura, dan lain-lain. Agama yang dianut oleh Masyarakat Kalimantan Barat juga banyak seperti Islam, Konghucu, Kristen, dan lain-lain.  

Keanekaragaman tersebut tentu saja juga berdampak negatif karena sering terjadi konflik di daerah tersebut. Menurut Zakso (2006), masyarakat Kalimantan Barat terdiri dari berbagai etnis yang hidup berdampingan, namun hal ini tidak selalu berjalan mulus. Sebagaimana yang terjadi di Indonesia secara umum, kurangnya kesadaran terhadap kemajemukan sering menjadi pemicu konflik sosial antara berbagai kelompok etnis.   

Alhasil, banyak konflik yang terjadi di Provinsi Kalimantan Barat, salah satunya di Kabupaten Sambas. Berikut beberapa penyebab dari konflik Sambas:  

1.Kebijakan Transmigrasi Orde Baru Era Soeharto  

Pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto, terdapat salah satu kebijakan yang bernama "Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA)". REPELITA adalah program yang dirancang untuk meningkatkan infrastruktur di Indonesia, salah satu cara untuk menyukseskan program ini adalah melalui transmigrasi.   

Kebijakan Transmigrasi ini diwujudkan dengan migrasi besar-besaran penduduk yang berasal dari daerah yang padat seperti Jawa dan Sumatera menuju daerah yang sepi penduduk. Suku Madura adalah salah satu penduduk yang mengikuti kebijakan ini, mereka bermigrasi menuju daerah-daerah lain dan salah satunya adalah Provinsi Kalimantan Barat.   

Banyak orang Madura yang berbondong-bondong datang dan menetap di Kalimantan Barat. Hal ini secara tidak langsung membuat Suku Dayak dan Melayu selaku penduduk asli merasa tersisihkan, hal ini tentu saja menumbuhkan bibit kebencian dari penduduk asli kepada pendatang dari Madura. Ditambah dengan beberapa perseteruan antar warga lokal dengan pendatang Madura semakin menambah kebencian warga lokal terhadap para pendatang Madura.  

2.Insiden Yang Memicu Kekerasan    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun