Mohon tunggu...
Romza M Gawat
Romza M Gawat Mohon Tunggu... Swasta -

Untuk kebaikan Bersama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nyono-PKB vs Mundjidah-Rambah, Realistiskah?

5 Oktober 2017   15:40 Diperbarui: 5 Oktober 2017   15:43 1778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nyono-PKB VS Mundjidah-Rambah, Realistiskah?

Oleh : Romza

(Penggembira di Kota Santri)

 

Pasangan Cabup-Cawabup Jombang yang akan bertarung dalam Pilkada 2018 sudah mulai menemui titik terang. Nyono Suharli Wihandoko (Bupati Jombang sekarang) mulai berkomunikasi inten dengan PKB guna memenangkan pesta demokrasi di kota santri tahun depan. Begitupun Mundjidah Wahab (Wakil Bupati Jombang sekarang) yang semakin terlihat melalui publikasi di medsos akan berpasangan dengan Sumrambah.

Meski semuanya masih belum secara formal terlihat karena rekomendasi masing-masing partai belum turun. Serta pendaftaran di KPU (Komisi Pemilihan Umum) belum resmi, namun dua pasang Cabup-Cawabup ini menarik untuk dibahas. Setidaknya kita bisa mengurai kekuatan masing-masing pasangan dari aspek kekuatan politik partai dan kemampuan personal menjawab persoalan birokrasi dan masyarakat Jombang.

Yes, pembahasan ini tidak jauh berbeda dengan tulisan saya sebelumnya (Memboongkar Bakal Cawabup Nyono dan Mundjidah dalam Pilkada 2018). Tapi, akan lebih spesifik pada dua pasangan yang saya sebut ini.

 

Nyono-PKB = Gagah

Saya dalam tulisan sebelumnya sudah memaparkan kekuatan PKB secara politik kelembagaan. Partai ini masih termasuk memiliki sistem kelembagaan politik yang cukup baik. Kaderisasi di partai ini berjalan cukup ketat sehingga membuat anggotanya semakin fanatik dalam berproses. Mereka berlomba-lomba berjuang bersama, membangun kekuatan bersama untuk partainya.

Dari situlah partai ini selalu tampak memiliki soliditas kelembagaan yang kuat. Soliditas dan kualitas partai ini misalnya bisa dilihat dari peran 8 anggota PKB yang ada di DPRD Jombang. Dalam pengamatan saya 80 persen anggota fraksi PKB berperan dominan di legislatif. Kualitas dan posisi mereka cukup baik.

Fraksi PKB hampir selalu kritis terhadap kinerja pemerintah. Termasuk menyuarakan suara silutif untuk persoalan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat.

Dari kekuatan soliditas kelembagaan inilah PKB memiliki nilai lebih. Partai ini dalam penilaian saya akan efektif menggerakkan seluruh kekuatan mesin politiknya. Termasuk dalam suksesi memenangkan Pilkada 2018.

Selain itu, PKB juga dikenal dekat dengan Nahdlatul Ulama (NU). Seluruh pengurus, kader dan anggota hampir bisa dipastikan merupakan warga nahdliyin.

Kekuatan kelembagaan inilah yang menurut saya menjadi perhatian bagi Nyono melirik PKB.

Bagaimana mungkin Nyono menggandeng PKB? Jalan politik ini Nyono bisa terlebih dahulu melalui Abdul Halim Iskandar, Ketua DPW PKB Jawa Timur. Nyono dan Halim sudah kenal lama dan sampai sekarang mestinya masih berkomunikasi. Buktinya, di beberapa kali pantauan media, Halim dan Nyono bertemu dalam satu forum.

Melalui Halim, Nyono bisa saja difasilitasi supaya lebih mudah berkomunikasi dengan DPC PKB Jombang. Terlepas benar atau tidak, faktanya Nyono mengakui sudah berkomunikasi inten dengan PKB.

Keuntungan apa bagi Nyono menggandeng PKB? Diatas sudah saya tulis bahwa PKB masih cukup memiliki soliditas kelembagaan yang kuat. Sehingga bisa cukup efektif menggerakkan massa dan meraup suara pemilih. Yang tak kalah dari itu, hubungan baik PKB dengan NU akan lebih memudahkan merangkul suara nahdlidiyin.

Untuk kepemimpinan kedepan, dengan kualitas kader PKB yang ada di DPRD akan lebih memudahkan sinergitas eksekutif dan legislatif. Tentu tanpa mengurangi fungsi-fungsi DPRD terutama sebagai kontrol pemerintah.

Lalu siapa kader PKB yang akan menjadi Cawabup digandeng Nyono? Dalam beberapa kali pernyataan Ketua DPC PKB Jombang, Mas'ud Zuremi menyebut ada tiga orang yang disiapkan. Yakni Mas'ud sendiri, Subaidi Mukhtar (Wakil Ketua DPRD Jombang sekaligus mantan Ketua DPC PKB Jombang), dan Munir Al-Fanani (mantan Sekretaris DPC PKB Jombang).

Dari ketiga nama kader PKB ini coba kita sedikit ulas. DPP PKB akan mempertimbangkan posisi Mas'ud Zuremi sebagai Ketua DPC apabila akan direlakan sebagai Cawabup. Mas'ud terlantik menjadi Ketua DPC PKB baru sekitar satu tahunan dari total masa bhaktinya hingga tahun 2021.

Subaidi Mukhtar bisa jadi dipertimbangkan untuk dipersiapkan menjadi Ketua DPW PKB Jatim menggantikan Halim Iskandar. Atau menjadi calon DPRD Jatim bahkan DPR-RI apabila tidak jadi direkomendasikan oleh DPP PKB sebagai Cawabup mendampingi Nyono.

Kemudian Munir Al-Fanani bisa juga dipersiapkan menjadi Pimpinan DPRD Jombang oleh DPP PKB untuk mengikuti Pileg 2019. Itu apabila Munir tidak dipilih sebagai Cawabup Jombang.

Tiga orang ini secara kemampuan personal hampir sama. Hanya saja Subaidi Mukhtar pernah menjadi dosen. Sehingga lebih akademis kemampuan dan cara berfikirnya. Meskipun sekarang sudah menjadi politisi.

Siapa yang paling berpeluang digandeng Nyono? Setidaknya Nyono bisa mempertimbangkan dari sisi kemampuan personal untuk menjadi partner kerjanya menjalankan pemerintahan yang solutif terhadap persoalan pelayanan masyarakat utamanya.

Meski faktor popularitas dari ketiganya juga menjadi pertimbangan. Tapi, Nyono sudah populer, sehingga Cawabupnya hanya perlu melengkapi kekuatan politik dan partner kerja di pemerintahan kedepannya.

 

Mundjidah-Rambah = Berkarakter

Mundjidah dan Rambah keduanya sudah sama-sama mendaftar sebagai Cabup-Cawabup di DPP PDI-P. bahkan keduanya sudah mengikuti fit and proper test beberapa waktu lalu di markas banteng moncong putih. Jika keduanya benar-benar bergandengan sebagai Cabup-Cawabup yang diusung PDI-P dan PPP serta partai pendukung, pasangan ini juga tidak kalah kuat dengan Nyono-PKB.

Rambah melalui kultural mungkin juga struktural PDI-P menjadi suplemen kekuatan bagi Mundjidah dalam mengkrak perolehan suara. Rambah yang tak lain adik kandung mantan Bupati Jombang, Suyanto ini kabarnya mendapat support penuh dari keluarga besarnya. Sehingga dengan demikian, sangat mungkin akan menggunakan kekuatan penuh dalam pertarungan Pilkada 2018 mendatang.

Disisi lain, jika rekomendasi dari DPP PDI-P sudah turun untuk pasangan ini, sedikit banyak kekuatan struktural partai juga akan mensupport dalam pertarungan Pilkada. Seperti diketahui, partai ini dikenal memiliki basis massa yang juga cukup kuat. Hanya butuh strategi yang tepat untuk mensolidkan kekuatan massa tersebut.

Sementara Mundjidah juga tidak asing lagi diketahui memiliki kekuatan massa di hampir semua elemen Muslimat NU dan Fatayat. Sehingga kekuatan PDI-P dan PPP akan bisa masuk merangkul massa nasionalis dan agamis. Dengan catatatn tetap menggunakan strategi yang efektif.

Kekuatan politik diluar partai, Rambah secara personal sudah pernah menjadi Ketua DPC PDI-P Jombang. Modal kemampuan kepemimpinan tak perlu banyak diperdebatkan. Meski memimpin pemerintahan juga tidak sama dengan memimpin partai politik.

Begitu juga dengan Mundjidah yang sudah berpengalaman di birokrasi sebagai wakil bupati jombang. Dia hanya butuh pendamping yang bisa mengimbangi perjalanan pemerintahannya selama lima tahun kedepan. Supaya roda birokrasi bisa berjalan efektif seperti yang diharapkan masyarakat.

Ya, Mundjidah-Rambah juga bisa dibilang bersatunya kutub agamis dan nasionalis dari simbol keduanya. Tentu dua karakter ini tetap membutuhkan strategi-strategi jitu meramu setiap gagasan supaya bisa menkonsolidasi kekuatan agamais dari kalangan pesantren dan abangan serta nasionalis.

Pasangan ini akan saling melengkapi dengan karakter masing-masing  untuk berbagi tugas memenangkan Pilkada dan menjalankan pemerintahan. Merangkul suara nahdliyin akan dilakukan PPP, sedangkan PDI-P mensolidkan kekuatan massa nasionalis-abangan.

Realistis Berpasangan, Duel Sengit Terjadi

Nyono-PKB jika berduel dengan Mundjiah-Rambah akan membuat perhelatan Pilkada Jombang 2018 semakin menarik. Pertarungan sengit menggalang dukungan akan seru nantinya.

Nyono dengan kekuatan politiknya akan merawat massa fanatiknya di kalangan umum dari semua elemen. Lahan umum Nyono akan bersinggungan dengan Rambah yang juga akan menarik simpati dari kalangan abangan. Duel pada tahun 2013 saat Nyono bergandengan dengan Mundjidah akan terjadi lagi melawan Rambah yang ketika itu berduet dengan Widjono.

Sedangkan PKB akan lebih masuk merangkul warga nahdliyin. Tentu ini akan bersaing dengan Mundjidah yang juga dikenal memiliki massa Muslimat dan Fatayat. PKB dan Mundjidah dalam perkiraan saya akan membuat pecah suara warga nahdliyin dalam menentukan sikap politik. Dalam konstelasi Pilkada itu sudah wajar bagi warga nahdliyin berdasar pengalaman di beberapa daerah.

 

(Bersambung)

Tulisan ini sepenuhnya pendapat pribadi penulis.

Contack Person : romza.mgawat@gmail.com

FB : Romza Gawat

IG : romzabangsaonline

Selamat menunggu tulisan edisi selanjutnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun