Begitu juga dengan Mundjidah yang sudah berpengalaman di birokrasi sebagai wakil bupati jombang. Dia hanya butuh pendamping yang bisa mengimbangi perjalanan pemerintahannya selama lima tahun kedepan. Supaya roda birokrasi bisa berjalan efektif seperti yang diharapkan masyarakat.
Ya, Mundjidah-Rambah juga bisa dibilang bersatunya kutub agamis dan nasionalis dari simbol keduanya. Tentu dua karakter ini tetap membutuhkan strategi-strategi jitu meramu setiap gagasan supaya bisa menkonsolidasi kekuatan agamais dari kalangan pesantren dan abangan serta nasionalis.
Pasangan ini akan saling melengkapi dengan karakter masing-masing  untuk berbagi tugas memenangkan Pilkada dan menjalankan pemerintahan. Merangkul suara nahdliyin akan dilakukan PPP, sedangkan PDI-P mensolidkan kekuatan massa nasionalis-abangan.
Realistis Berpasangan, Duel Sengit Terjadi
Nyono-PKB jika berduel dengan Mundjiah-Rambah akan membuat perhelatan Pilkada Jombang 2018 semakin menarik. Pertarungan sengit menggalang dukungan akan seru nantinya.
Nyono dengan kekuatan politiknya akan merawat massa fanatiknya di kalangan umum dari semua elemen. Lahan umum Nyono akan bersinggungan dengan Rambah yang juga akan menarik simpati dari kalangan abangan. Duel pada tahun 2013 saat Nyono bergandengan dengan Mundjidah akan terjadi lagi melawan Rambah yang ketika itu berduet dengan Widjono.
Sedangkan PKB akan lebih masuk merangkul warga nahdliyin. Tentu ini akan bersaing dengan Mundjidah yang juga dikenal memiliki massa Muslimat dan Fatayat. PKB dan Mundjidah dalam perkiraan saya akan membuat pecah suara warga nahdliyin dalam menentukan sikap politik. Dalam konstelasi Pilkada itu sudah wajar bagi warga nahdliyin berdasar pengalaman di beberapa daerah.
Â
(Bersambung)
Tulisan ini sepenuhnya pendapat pribadi penulis.
Contack Person : romza.mgawat@gmail.com