Mohon tunggu...
Romy Syawal
Romy Syawal Mohon Tunggu... Editor majalah - kulik-kulik teks

Passion sama musik dan humanisme. Penulis yang masih belajar dan berkeinginan membuat buku best seller terus punya mobil BMW seri terbaru

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Optimalisasi Migrasi Televisi Analog ke Digital

18 Agustus 2021   17:05 Diperbarui: 18 Agustus 2021   17:14 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana sebuah toko televisi. foto: tugujatim.id 

sosialisai migrasi tv analog ke digital di sebuah halte busway. foto: pribadi
sosialisai migrasi tv analog ke digital di sebuah halte busway. foto: pribadi
Oiya, STB yang dijual di pasaran juga tidak mahal hanya sekitar Rp 200 ribuan dan menariknya lagi nih, Pemerintah berkomitmen akan membagikan kepada 6,8 juta keluarga miskin agar mendapatkan perangkat STB, namun yang dibagikan diprioritaskan kepada yang mempunyai televisi.


3 Tahap

Kebijakan dari Pemerintah kenapa mengganti televisi analog ke televisi digital yang bersih gambarnya, jernih suaranya dan canggih teknologinya bukan hanya sekedar itu saja, akan tetapi lebih kepada bentuk penataan proses sebuah frekuensi untuk komunikasi masa depan.

Dalam rangka sosilisasi Analog Switch Off (ASO), Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Johny Pate menjelaskan tadinya tahap 1 ASO dilakukan pada waktu memperingati hari kemerdekaan RI yaitu 17 Agustus, namun karena situasi masih pandemi Covid-19 dan sempat melonjak angka postive rate nya dan juga karena situasi PPKM level  4 yang masih diperpanjang, kementrian melakukan review kembali dan diputuskan diubah menjadi 3 tahap dari sebelumnya 5 tahap. Dimulai dari 30 April 2022, akhir Agustus 2022, dan 2 November 2022.

Di tempat berbeda, Staff Ahli Menteri Bidang Komunikasi dan Media Massa, Henry Subiakto, menjelaskan migrasi televisi analog ke televisi digital adalah jawaban masyarakat atas kebutuhan kualitas siaran, dan untuk mencapainya dibutuhkan langkah strategis agar tujuan tersebut tercapai.

Urgensi perpindahan televisi analog ke televisi digital, ada beberapa faktor yang bisa dijelaskan, yaitu pertama negara Indonesia sudah tertinggal dengan negara lainnya dalam bentuk digitalisasi penyiaran. Kedua  kualitas siaran tv digital menjadi lebih optimal. Ketika ada nilai tambah penataan frekuensi, dan keempat tentu saja efektivitas industri penyiaran.

Untuk diketahui, migrasi siaran televisi analog ke digital digadang-gadang dapat menghemat penggunaan pita frekuensi 700 MHz, atau bisanya disebut dengan digital dividend. 

Nah, kemudian ada sisa frekuensi yang tidak terpakai, dan itu bisa digunakan untuk internet broadband atau misalnya broadcast darurat untuk kebencanaan pendidikan, dan yang lainnya, hilirinya akan banyak dimanfaatkan untuk kebaikan bersama juga nantinya, misalnya internet frekuensi pita lebar. Dimana kedepannya juga internet akan lebih murah dan cepat (5G).

suasana sebuah toko televisi. foto: tugujatim.id 
suasana sebuah toko televisi. foto: tugujatim.id 
Telekomunikasi sudah menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari, hingga menjadi urat nadi, ada pendidikan, dan kesehatan di setiap sendi-sendi pergelangan, maka jangan penjarakan frekuensi yang bagus ini untuk segera digunakan dan bisa membuat Indonesia maju. 

Sekedar informasi dalam hitungan Global System for Mobile Communications Association (GSMA), sebuah organisasi telekomunikasi dunia, Indonesia berpotensi kehilangan peningkatan ekonomi sebesar US$ 10,5 miliar atau sekitar Rp142,9 triliun kalau kita terlambat untuk bermigrasi ke televisi digital, sungguh disayangkan bukan?

Maka dari itu, Modi berpesan kepada semua masyarakat karena banyaknya keuntungan dan manfaat dari migrasi televisi analog ke televisi digital, maka dari itu yuk kita bermigrasi untuk menjadikan Indonesia lebih baik dan perubahan adalah sebuah keniscayaan. Selain itu, peluang dari migrasi televisi digital bagi Industri penyiaran dan kreatif ialah membuka lapangan kerja baru loh, seperti konten kreator, youtuber, dan pekerja kreatif lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun