Jika ditinjau dari segi harga produk impor sedikit lebih mahal bila dibanding dengan produk lokal, tetapi para pengusaha perkebunan sawit masih memilih produk buatan impor karena kualitas produk lokal yang masih rendah sehingga para pengusaha mengalihkan penggunaan alat panen ke produk impor. Hal ini mengakibatkan turunnya jumlah produksi dibeberapa perusahaan lokal.
SNI 8205:2016 Dodos
Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 8205:2016 mengenai alat panen kelapa sawit -- dodos -- syarat mutu dan metode uji. Standar ini merupakan hasil pengembangan teknologi tepat guna yang dimanfaatkan dalam pemanenan kelapa sawit.
Standar ini bertujuan untuk memperkaya SNI dengan syarat mutu yang meliputi spesifikasi dan unjuk kerja serta metode uji berdasarkan tuntutan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat pengguna alat panen kelapa sawit yaitu dodos.
Definisi dodos sesuai SNI 8205:2016 yaitu alat panen manual kelapa sawit yang terdiri dari mata dodos, daun dodos, dan pemegang/lubang tangkai umumnya digunakan untuk pemangkasan pelepah daun kelapa sawit dan panen tandan buah sawit.
Berikut ini spesifikasi teknis alat panen kelapa sawit menurut SNI 8205:2016:
- Panjang pemegang 95 -- 140 mm
- Panjang daun 192 -- 220 mm
- Lebar daun 50 -- 227 mm
- Panjang mata 48 -- 55 mm
- Diameter dalam pemegang 33 -- 50 mm
- Tebal pelat dasar 5,00 -- 10,0 mm
- Bobot 1,0 -- 1,4 kg
- Kekerasan 45 HRC
Syarat penandaan alat pemanenan kelapa sawit dodos sekurang-kurangnya harus ditempelkan pada bagian yang mudah dilihat seperti merek/logo, negara pembuat, dan ukuran.
Perlu Sinergi Antar Stakeholder
Untuk meningkatkan daya saing, pelaku usaha dapat menerapkan SNI. Seperti yang dilakukan oleh Koperasi Rumbio Jaya Steel (RJS) yang berlokasi di desa Rumbio, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. RJS merupakan salah satu UKM Binaan dari BSN yang telah menerapkan SNI dodos, selain itu juga RJS berhasil meraih sertifikat SNI untuk produk egrek.
Keberhasilan tersebut tidak lepas dari sinergi antar pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga BUMN. Bahkan stakeholder yang lain juga terlibat dalam hal pemasaran. Sinergi ini mampu menjawab tantangan dan peluang akan produk dodos tersebut untuk lebih dikenal.
Dikutip dari liputan6.com, Chief Executive Officer PT PTPN V Jatmiko K Santosa mengatakan, perusahaan telah merangkul Koperasi RJS sejak awal 2020 lalu. PTPN V memilih menggunakan produk buatan pandai besi di Desa Teratak, Kecamatan Rumbio Jaya, Kabupaten Kampar itu di tengah gempuran peralatan mekanis perkebunan impor.