Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional mengamanahkan bahwa sistem pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional ditata sebagai suatu bangunan sistem keolahragaan yang pada intinya dilakukan pembinaan dan pengembangan olahraga yang diawali dengan tahapan pengenalan olahraga, pemantauan dan pemanduan, serta pengembangan bakat dan peningkatan prestasi. Penahapan tersebut diarahkan untuk pemassalan dan pembudayaan olahraga, pembibitan, dan peningkatan prestasi olahraga pada tingkat daerah, nasional, dan internasional.
Semua penahapan tersebut melibatkan unsur keluarga, perkumpulan, satuan pendidikan, dan organisasi olahraga yang ada dalam masyarakat, baik pada tingkat daerah maupun pusat. Sesuai dengan penahapan tersebut, seluruh ruang lingkup olahraga dapat saling bersinergi sehingga membentuk bangunan sistem keolahragaan nasional yang luwes dan menyeluruh. Sistem ini melibatkan tiga jalur, yaitu jalur keluarga, jalur pendidikan, dan jalur masyarakat yang saling bersinergi untuk memperkukuh bangunan sistem keolahragaan nasional.
Selama ini sistem pembinaan olah raga di tanah air belum berjalan dengan baik. Salah satu indikatornya adalah "keterkejutan"  pemerintah dan masyarakat jika ada anak bangsa yang mengukir prestasi di kancah internasional. Insiden Lalu Muhammad Zohri yang kebingungan  mencari bendera pusaka Merah Putih setelah memenangi lomba lari 100 meter putra Kejuaraan Dunia Atletik U-20 di Tampere, Finlandia pada tanggal 11 Juli 2018 adalah salah satu bukti nyata. Insan pembina olah raga tak pernah siap untuk menyambut kemenangan karena memang selama ini belum serius memberikan perhatian.
Perhatian semua orang baru tercurah tatkala ada anak bangsa yang meraih prestasi seperti Zohri. Mereka berlomba-lomba memberi perhatian bahkan saling berebutan untuk merenovasi rumah Zohri. Tak ada yang salah dengan fenomena ini. Memberi apresiasi, penghargaan, hadiah, dan tepuk tangan memang penting untuk dilakukan. Asal jangan lupa untuk mengambil pelajaran bahwa masih ada ratusan Zohri  lain yang sebenarnya bisa dilahirkan seandainya sistem pembinaan olah raga di negeri tercinta ini berjalan dengan baik.
Menurut Sabaruddin Yunus Bangun (2012), idealnya, pembinaan keolahragaan nasional harus memiliki training camp dalam format sport center yang dimiliki oleh setiap kota atau kabupaten, didasarkan pembagian wilayah. Maksudnya, jika sebuah kabupaten atau kota terdiri dari empat wilayah, maka minimal di satu wilayah terdapat satu sport centers, yang mampu menyediakan beberapa program training camp sesuai cabang olahraga yang dijadikan andalan kabupaten/kota tersebut. Â Setiap sport centers dikelola oleh para profesional di bidangnya masing-masing, dengan program dan kegiatan yang selalu direncanakan dan diperbaiki secara jenjang sekolah.
 Program training camp ini dapat diibaratkan sebagai sebuah elite stream, yang mendampingi dan melanjutkan program dari klub olahraga yang bisa juga disebut sebagai recretional stream. Istilah recreational stream dan elite stream sudah lama dikenal dalam sistem pengembangan suatu cabang olahraga di negara maju. Recreational stream adalah sebuah program yang disediakan bagi seluruh siswa yang berminat memasuki suatu klub cabang olahraga tertentu, dengan tujuan memberikan pengenalan terhadap dasar-dasar keterampilan gerak olahraga sekaligus menanamkan rasa kesukaan dan kecintaan anak terhadap cabang olahraga yang diikutinya.
Â
Jika seorang anak dipandang sudah mampu menguasai 70 s/d 80 persen dari keterampilan yang disyaratkan, maka anak itu dapat meningkat ke peringkat selanjutnya.
Elite stream adalah program yang dirancang khusus untuk anak-anak yang dianggap berbakat, terutama setelah diyakini berbakat melalui pengujian pemanduan bakat, baik secara antropometrik, biomotorik, serta psikologik dari cabang olahraga yang diikutinya. Program yang dirancang pada elite stream ini harus memungkinkan anak meningkat prestasinya secara meyakinkan, karena programnya sudah dirancang sedemikian rupa sesuai dengan prinsip-prinsip training, termasuk pula dalam hal intensitas, volume, durasi, serta frekuensinya.Â
Dengan demikian, anak-anak yang akan dilibatkan dalam elite stream adalah anak-anak atau siswa yang sudah dipastikan mampu mengikuti secara ketat dan teratur program yang disediakan.