Mohon tunggu...
Romel Masykuri
Romel Masykuri Mohon Tunggu... Jurnalis -

Pecinta buku dan kopi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Hidup Adalah Pendakian Panjang

27 Oktober 2015   19:23 Diperbarui: 27 Oktober 2015   20:32 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan dari pos III menuju puncak inilah yang paling menantang. Kondisi trek perjalanan yang nanjak disertai dengan angin kencang berbalut debu membuat saya harus mengeluarkan seluruh energi untuk sampai puncak. Terus terang, tubuh saya merasakan sakit luar biasa, mulai dari punggung, paha, dan kaki. Hampir saya mau menyerah, tapi selalu saya yakinkan diri sendiri bahwa saya bisa dan kuat sampai puncak. Alhamdulillah, setelah melewati rintangan demi rintangan sampai juga di puncak gunung Prau pada pukul 03.39 WIB.

Saya benar-benar bersyukur dan bahagia karena sudah sampai puncak. Tidak kebayang betapa akan sangat menyesal ketika saya mewujudkan keingianan tubuh saya untuk menyerah dalam perjalan. Kebahagian saya semakin terasa tatkala saya menyaksikan terbitnya matahari dari arah timur, sang “Golden Sanrise” gunung Prau, ditambah pemandangan gunung kembar Sindoro dan Sumbing. Ini adalah pengalaman pertama saya menyaksikan langsung matahari terbit dari puncak gunung. Bersama ratusan para pendaki, saya benar-benar takjub akan keindahan alam yang tampil di sekitar puncak gunung Prau. Benar kata teman, keindahan di puncak gunung itu tak bisa dilukiskan oleh kata-kata. Kita harus berada langsung di puncak gunung dan merasakan keindahan alam. Tak heran bila Walter Bonatti, seorang pendaki lagendaris yang terkenal dengan pencapaiannya di K2 berucap “Alam dan gunung adalah sekolah terbaik bagi manusia,”. Ya, saya benar-benar merasakan sekolah alam ini secara nyata setelah sampai berada di puncak gunung Prau.

Setelah dirasa cukup untuk menikmati panorama alam dan mengabadikannya dalam kamera, saya dan teman-teman bergagas untuk turun. Kita turun sekitar pukul 07.30 WIB. Dalam perjalan turun, kita juga diberikan pelajaran penting untuk tetap berjuang membawa tubuh sendiri yang terasa berat sekali. Dengan diberikan pemandangan dataran tinggi dieng dan telaga warna, perjalanan terasa mengasyikkan. Tepat pukul 09.22 WIB, kita sampai di basecamp.

Ini adalah pendakian pertama yang tentunya sangat bersejarah bagi saya pribadi. Saya belajar banyak hal dari proses pendakian ini, tentang perjuangan hidup yang tidak boleh pasrah atau menyerah pada keadaaan. Hidup adalah pendakian yang panjang. Hamparan keindahan “puncak gunung” adalah manifestasi dari buah perjuangan setelah melewati rintangan, dan halangan. Satu hal yang pasti, ketakutan harus dilawan dengan kebarinian, pun untuk menggapai cita-cita.

Terima kasih kepada teman-teman satu tim pendakian yang sudah menemani dan mengajarkan saya banyak hal selama proses pendakian ini. Terima kasih juga kepada gunung Prau dan sekitarnya yang berkenan menjadi sahabat baik sekaligus guru bagi saya. Dan tentu, rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat ini.

[caption caption="Puncak Gunung Prau"]

[/caption][caption caption="Hamparan Puncak Gunung Prau"]
[/caption]

[caption caption="Pemandangan Perjalanan Turun."]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun