Mohon tunggu...
Dona Romdona
Dona Romdona Mohon Tunggu... Konsultan - Selalu optimis dalam setiap perubahan

Mengamati dengan rasa

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Lebaran dan Humanisasi Budaya Nusantara

2 Juni 2019   00:50 Diperbarui: 2 Juni 2019   01:02 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Prof Agus Sunyoto dalam buku Atlas Walisongo masyarakat pribumi jarang mandi sehingga terkesan kotor dan dekil. Para wali biasanya selalu mengajak pribumi untuk mandi di mushola agar badannya bersih, tanpa mengenal status agamanya.

Di samping mengajak mandi biasanya para wali membagikan baju bersih buat masyarakat pribumi secara gratis untuk menutupi tubuhnya. Budaya pembagian baju terus menerus dipelihara oleh para wali sebagai bentuk kasih sayang terhadap masyarakat pribumi. Sehingga masyarakat pribumi menjadi simpati dan berduyun-duyun memeluk agama Islam.

Menariknya budaya pemberian baju yang dilakukan oleh para wali terus dipelihara terutama menjelang hari raya umat Islam yang dikenal dengan Idul Fitri. Menjelang Idul Fitri masyarakat pribumi baik Islam maupun nonmuslim selalu berkumpul di langgar untuk menerima jatah baju, terutama bagi masyarakat miskin yang nonmuslim. Baju yang diperolehnya digunakan untuk menutup aurat.

Dari tradisi ini lah setiap para wali membuka perkampungan baru ( Dayeuh) ditiap-tiap daerah pedalaman selalu membangun mushola disertai sumur buat mandi penduduk juga disertai aktifitas pembagian baju buat penduduk lokal. Upaya tersebut dilakuakn sebagai upaya untuk memanusiakan penduduk lokal yang masih belum mengenal kebersihan.

Tradisi ini akhirnya berurat akar di mata penduduk lokal sehingga menjadi budaya yang ajeg. Dalam proses pembagian baju ini penduduk lokal menyebutnya sebagai lebaran. Lebaran dalam penduduk lokal akhirnya dikenal sebagai budaya membersihkan diri dan menutup aurat dengan memakai baju baru.

Dalam kisah ini kita melihat proses humanisasi yang dilakukan oleh para wali. Bukan hanya sebagai strategi kebudayaan dalam rangka syiar Islam, tapi juga sebagai bentuk budaya memanusiakan manusia dari keterbelakangan peradaban. 

Proses ajara para wali yang memberikan nilai berharga pada tubuh manusia adalah manifestasi dari ajaran Islam. Sehingga tradisi humanisasi ini terpelihara sampai sekarang -- terlepas dalam kontek kekinian menjadi budaya konsumerisme, namun di era penyebaran Islam tradisi tersebut sebagai humanisasi terhadap penduduk lokal pada waktu itu.

Wallahu'alam.

Tampilkan kutipan teks

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun