Menurut Prof Agus Sunyoto dalam buku Atlas Walisongo masyarakat pribumi jarang mandi sehingga terkesan kotor dan dekil. Para wali biasanya selalu mengajak pribumi untuk mandi di mushola agar badannya bersih, tanpa mengenal status agamanya.
Di samping mengajak mandi biasanya para wali membagikan baju bersih buat masyarakat pribumi secara gratis untuk menutupi tubuhnya. Budaya pembagian baju terus menerus dipelihara oleh para wali sebagai bentuk kasih sayang terhadap masyarakat pribumi. Sehingga masyarakat pribumi menjadi simpati dan berduyun-duyun memeluk agama Islam.
Menariknya budaya pemberian baju yang dilakukan oleh para wali terus dipelihara terutama menjelang hari raya umat Islam yang dikenal dengan Idul Fitri. Menjelang Idul Fitri masyarakat pribumi baik Islam maupun nonmuslim selalu berkumpul di langgar untuk menerima jatah baju, terutama bagi masyarakat miskin yang nonmuslim. Baju yang diperolehnya digunakan untuk menutup aurat.
Dari tradisi ini lah setiap para wali membuka perkampungan baru ( Dayeuh) ditiap-tiap daerah pedalaman selalu membangun mushola disertai sumur buat mandi penduduk juga disertai aktifitas pembagian baju buat penduduk lokal. Upaya tersebut dilakuakn sebagai upaya untuk memanusiakan penduduk lokal yang masih belum mengenal kebersihan.
Tradisi ini akhirnya berurat akar di mata penduduk lokal sehingga menjadi budaya yang ajeg. Dalam proses pembagian baju ini penduduk lokal menyebutnya sebagai lebaran. Lebaran dalam penduduk lokal akhirnya dikenal sebagai budaya membersihkan diri dan menutup aurat dengan memakai baju baru.
Dalam kisah ini kita melihat proses humanisasi yang dilakukan oleh para wali. Bukan hanya sebagai strategi kebudayaan dalam rangka syiar Islam, tapi juga sebagai bentuk budaya memanusiakan manusia dari keterbelakangan peradaban.Â
Proses ajara para wali yang memberikan nilai berharga pada tubuh manusia adalah manifestasi dari ajaran Islam. Sehingga tradisi humanisasi ini terpelihara sampai sekarang -- terlepas dalam kontek kekinian menjadi budaya konsumerisme, namun di era penyebaran Islam tradisi tersebut sebagai humanisasi terhadap penduduk lokal pada waktu itu.
Wallahu'alam.
Tampilkan kutipan teks
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H