Akan menjadi umat manusia......
Sera le genre humain ........
Setelahnya, mantan menteri Pertahanan berdiri dipinggir lubang dengan gagah. Ia masih memelihara sikap kebesarannya. Sang Letnan menyiapkan pistol dan mengarahkan pada tempurung kepala.
"Bersatulah kaum buruh seluruh dunia! Aku mati untuk kamu!", teriak Amir
Pelatuk di tekan. Letusan menggema merobek keheningan langit desa. Pantulannya menyiarkan nada getir. Burung hantu yang bertengger di pohon randu terlonjak. Dada seorang penggali kubur tersentak. Rokoknya meloncat dari bibir. Wajahnya terbelalak melihat tubuh pria berusia 41 tahun merosot masuk lubang. Berikutnya, sepuluh yang lain bernasib sama; Soeripno, Maruto Darusman, Sardjono, Harjono, Oei Gee Hwat, Djoko Soedjono, Katamhadi, Rono Marsono, Soekarno, D. Mangku.
Tidak ada pengadilan konvensional di jaman revolusi. Semua serba hitam putih. Cepat dan di paksa terukur. Asumsi, interpretasi, silang pendapat dari kedua belah pihak berjumpalitan memenuhi ruang kabar. Ini sebuah frustasi dihati beberapa pejuang.
TB. Simatupang, karib Amir Syarifuddin memberi kesaksian, betapa peristiwa Madiun(dan dipicu peristiwa-peristiwa sebelumnya) merupakan pertikaian antar saudara sebangsa. Perang ini membangkitkan emosi-emosi dan kebencian-kebencian yang jauh lebih tajam dibandingkan perang biasa(melawan penjajah).
"Apapun juga yang menjadi pertimbangan terakhir dari penulis sejarah kelak mengenai bung Amir sebagai tokoh politik, namun mereka yang juga pernah mengenalnya dari dekat, akan tetap memelihara kenang-kenangan kepada seorang manusia yang baik dan peramah, seorang pemikir yang tepat kadang-kadang brilliant, seorang orator yang berpidato hanya kalah terhadap bung Karno, seorang pejuang dan pekerja yang tabah dan tidak memikirkan kepentingan diri sendiri".[]
* Bahan bacaan:
1. Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan, karya Soe Hok Gie