Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Martabak Bangka di Pojok Perempatan

2 Desember 2023   20:42 Diperbarui: 6 Desember 2023   20:21 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gerombolan semut. Sumber: Pexels/Petr Ganaj

Koh Bun mewanti-wanti Darwis agar bersihkan semua gangguan dari lapaknya. Untuk sementara waktu, Darwis hanya menganggap peringatan itu sebagai lelucon belaka. Dia tetap akan membiarkan kami memperoleh jatah. Dari sorot matanya kami menangkap kalimat, "Tidak usah kuatir, hanya gangguan sementara. Tuhan tak pernah lelah menguji makhlukNya. Kalau kalian masih ingin menikmati martabak bangka, cari tempat yang tidak mudah terlihat Koh Bun" 

Dan satu lagi, "Makhluk Tuhan sukanya mengemis? Dari dulu hingga sekarang tidak berubah. Apa tidak memalukan?", sindir seekor cicak, merayap di dinding dekat tiang tenda. Kami tidak perlu berdebat dengannya. Sejak jaman Tuthankhamun, mereka memang telah mencanangkan permusuhan. 

Cara Darwis memperlakukan kami sungguh mulia. Ia tidak pernah menyakiti pasukan suku Formicidae. Darwis punya prinsip, menyakiti makhluk yang mempunyai kekuatan spektakuler-yang mampu mengangkat beban 50 kali beban tubuhnya-tindakan yang menciderai anjuran agama. Ya, itu pernah kami dengar. Darwis mengutip hadist Qudsi, Sesungguhnya Muhammad SAW mencegah dari membunuh empat hewan, yaitu semut, lebah, burung Hud-Hud dan burung Shurad.  

Letak lapak Koh Bun sungguh strategis. Dipojok perempatan lampu merah diposisi antara selatan dan barat. Pandangan mata pelintas secara otomatis akan tersedot oleh kerumunan pembeli dengan kibaran spanduk merah menyala. Gemerincing rupiah membuat Koh Bun terkekeh-kekeh. Pundi-pundi menggunung renyah.  Menurut kami, ramainya pembeli juga andil Darwis. Kebiasaannya membuat Tuhan senang. Sehingga Tuhan menggerakkan hati orang berduit untuk membeli kudapan asli Bangka. 

***

Cahaya sorot lampu mengarah ke lapak Koh Bun. Mengiris-iris pembeli dengan pendar. Didepan, perempatan jalan bergemuruh memunculkan tabiat pengendara. Egoisme membuncah. Serangan klakson tindih menindih dikarenakan sebuah mobil tua lambat bergerak.

"Brengsek! Beginilah kalau bekicot dikasih ijin"

"Kalau baru belajar nyetir cari tempat lain!"

"Dasar kadal! Bikin emosi saja!"

Klakson dipukul-pukul memekakkan telinga, mirip jeritan kuntilanak dihutan belantara. Lampu lalu lintas berubah warna. Kegaduhan mengapung bersama remang-remang. Kilatan-kilatan kemarahan berbaur ditengah keringat emosi tatapan.

"Hei! Apakah harus menunggu kiamat?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun