Mpu Sindok menitahkan perpindahan wilayah. Rakyat mempersiapkan bekal. Migrasi besar-besaran siap dijalankan. Sebuah perjalanan panjang penuh halang rintang menganga didepan mata. Dibutuhkan tekad serta niat tulus. Semua itu demi tetap tegaknya Mataram kuno.
Aku merasa ditempeleng. Geragapan. Azan Duhur  menyentak bertalu-talu, menjambak kesadaranku. Waktunya meninggalkan Plaosan. Berharap lebih lama lagi mencumbuimu bukan hal baik. Karena sholat Duhur harus aku tunaikan. Kau mencoba menghasut agar aku menempel terus dibadanmu. Aku tetap beranjak pergi.
"Yakin mau pulang? Pikirkan sekali lagi"
"Sudah aku putuskan"
"Kamu belum melihat yang di kidul(selatan)"
"Gampang, nanti usai duhuran aku mampir"
Usai sholat dimasjid Darussalam satu area dengan Madrasah Ibtidaiyah Ma'arif, aku tunaikan janji melihat candi Plaosan kidul. Dari luar pagar terlihat reruntuhan batu menumpuk. Ditempat ini, yang masih utuh candi perwara, sedang candi induk tak berbentuk. Candi ini sedang mengalami tahap pemugaran.
Melihat kondisi begini aku enggan mendekat. Disamping panas yang belum surut, kekuatiran akan kulit jadi hitam menjadi pertimbangan. Karena untuk memulihkan butuh waktu berbulan-bulan.Â
Dengan mengambil tempat teduh, dari jauh mataku menyusuri lekukan batu. Aku membayangkan suasana era Mataram kuno. Kehidupan sungguh damai dengan alam asri masih mendominasi. Tegur sapa jadi jalinan suci diantara sosialisasi. Gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja(Kekayaan alam yang sangat melimpah dengan tanah yang sangat subur, kondisi wilayah yang tertib, sejahtera dan berkecukupan segala sesuatunya) bisa menjadi gambaran masa ketika Rakai Pikatan berkuasa atas wilayah ini.
Sendau gurau tertangkap di cuping telinga. Asalnya dari sekumpulan keluarga kecil yang menempati sudut diluar candi Plaosan kidul. Sungguh menyita perhatianku. Meluangkan waktu untuk berlibur cara ampuh menguatkan hubungan antar anggota keluarga. Betapa bahagianya.
Segera aku tendang batang starter. Mesin menyala lembut. Â Tanpa perlu cing cong aku hela motor meninggalkan debu, menangkup sinar bahagia sisa perhelatan Rakai Pikatan.[**]
* Catatan:Â
Tulisan ini dibuat sebelum wabah covid meraja.Â